Rabu, 27 November 2013

Renungan untuk Kader Dakwah

Ikhwati Fillah...

Sebagian kader dakwah masih banyak yang memiliki pemikiran seperti orang awam. Mereka malas datang ke halaqah pekanan rutin dengan alasan: nggak dapat apa-apa, ngomongin politik melulu, bisanya cuma bicara bisnis, nggak ada ruhnya, merasa murabbi/naqib tak bisa memberikan ilmu dan berbagai alasan lainnya.

Ikhwati Fillah...

Itulah cara berpikir orang awam. Mereka mau datang ke majelis taklim kalau ustadznya bagus. Jika tidak, dia absent. Bahkan, trend jamaah sekarang turut ditentukan oleh lucu dan tidaknya sang ustadz. Kalau ustadznya lucu, bisa menghibur, makin banyak peminatnya, kian tinggi ratingnya.

Padahal, sebagai kader dakwah, gaya berpikir kita seharusnya tidak lagi seperti orang awam yang mau datang kalau ustadznya bagus atau kalau ustadznya lucu. Justru kader dakwah itu mesti berpikir bagaimana bisa memberi bukan menerima.

Jika merasa bahwa halaqahnya tidak sehat, ia justru harus menjadi orang pertama yang berusaha memperbaikinya, bukan meninggalkannya. Jika ia merasa, murabbi/naqibnya tidak memberikan apa pun lantaran bukan berbackground syariah, ia harus mendampinginya, bukan mencelanya. Jika mengetahui murabbi/naqibnya sibuk, justru ia harus siap menjadi 'pengganti', bukan malah senang karena ada alasan bisa libur dengan menyalahkan murabbi. Kalau murabbinya sering datang terlambat, justru ia harus datang lebih dulu, bukan makin datang terlambat dengan dalih: ah...ntar juga biasanya ustadznya juga telat. Santai aja berangkat.

Ikhwati Fillah...
Begitu mudah jika kita ingin lepas dari jamaah ini. Tapi ke mana kita akan lari? Mau ke jamaah lain?  Atau kita sudah siap hidup menyendiri? Siapkah kita diterkam serigala lapar yang terus mengintai kita kapan pun?
Semoga Allah menjaga kita dan dakwah ini. Amin. Selamat beraktivitas.
(piyungan)

Senin, 28 Oktober 2013

Surat Yang Paling Utama..

Darimana kita mulai mengkaji Al Quran? dari Ummul Kitab? Tak syak lagi mengenai keutamaan Ummul Kitab yaitu surat Al Fatihah. bahkan kita diperintahkan membacanya setiap hari 17 kali. Ummul kitab juga bisa merupakan doa dan jampi-jampi. Kita bisa menggunakannya untuk keperluan apa saja. Bahkan penyakit bisa sembuh, kesurupan jin, dan lain sebagainya. Pokoknya T-O-P dech..

Namun kali ini kita tidak membahas mengenai surat hebat ini. Kita akan coba membahas kehebatan di surat-surat yang lainnya dalam Al Quran. Simak hadits berikut :

“ Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: “ Bacalah Al-Quran kerana Al-quran itu akan memberi syafaat kepada pembacanya di Akhirat kelak. Dan bacalah az-Zahrawain iaitu Surah Al-Baqarah dan Ali’-Imran, kerana kedua surah itu akan datang pada hari kiamat, seolah-olah keduanya bagai sekelompok awan, atau payung yang menaungi, atau dua kelompok burung yang mengembangkan sayapnya. Keduanya akan membela pembacanya di hari kiamat. “ (Mutafaq Alaih)

“ Bacalah Al-Baqarah karena membacanya akan mendatangkan berkah dan meninggalkanya berarti penyesalan. Dan para tukang sihir tidak akan sanggup menjangkaunya ( si pembaca )” (HR.Muslim)

"Barangsiapa membaca dua ayat dari surat Al-Baqarah, maka cukuplah baginya."

Ibnu Abbas r.a. bercerita: Pada suatu ketika Malaikat Jibrail berada disisi Nabi Muhammad s.a.w. , tiba-tiba terdengar suara dari atas, maka ia mengangkat kepalanya dan berkata: "Ini sebuah pintu dilangit, pada hari ini dibuka dan turun seorang malaikat memberi salam dan berkata:
 "(Bergembiralah dengan dua cahaya penerangan yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepadamu dan belum pernah diberikan kepada seseorang Nabi sebelum kamu iaitu: fatihul kitab dan akhir surah al-baqarah. Tiada engkau membaca suatu huruf daripadanya melainkan pasti permintaanmu diberi)."
(Riwayat Muslim)

Dari abu hurairah bahawa Rasulullah SAW  bersabda :
“ Janganlah kamu menjadikan rumah kamu sebagai kuburan,sesungguhnya rumah yang di bacakan Surah Al Baqarah tidak akan dimasuki syaitan “ (HR Tirmidzi).

Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Dalam surat al-baqarah ada ayat yang dinamakan tuan (penghulu) ayat al-Qur’an, yaitu ayat Kursi. Tidaklah ayat itu dibaca di dalam rumah yang ada syetannya (jin pengganggu), kecuali syetan itu akan keluar darinya.” (HR. Hakim dan ia menshahihkannya).

Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW pernah mengutus utusan yang banyak jumlahnya, lalu beliau memilih pemimpin di antara mereka dengan cara undian. Dikumpulkanlah beberapa orang yang punya hafalan dari al-Qur’an. Dari undian itu, terpilihlah seseorang yang paling muda umurnya. Rasulullah bertanya kepadanya, “Surat apa saja yang kamu hafal? Dia menjawab, “Saya hafal surat ini dan itu serta surat al-Baqarah.” Beliau menegaskan, “Kamu hafal surat al-Baqarah?” “Ya”, jawabnya. Lalu beliau bersabda, “Kalau begitu, berangkatlah kalian dan kamulah pemimpin mereka.” (HR. Tirmidzi dan ia menghasankannya).

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahawa Rasulullah SAW telah bersabda :
“ Semoga aku tidak mendapatkan salah seorang daripada kamu meletakkan salah satu kakinya diatas kaki yang lain sambil menyanyi dan meninggalkan surah Al Baqarah tanpa membacanya, sesungguhnya syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan surah Al baqarah. Sesungguhnya rumah yang paling kosong adalah rumah yang kosong dari kitab Allah ( Al-Quran ) “ Hadis riwayat An-Nasai.

Abdullah bin Mas’ud mengatakan : Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surah Al baqarah iaitu ayat ;
-        Surah Al baqarah ayat 1-5
-        Ayat kursi dan 2 ayat berikutnya
-        Surah Al Baqarah ayat 284-286
Maka syaitan tidak akan masuk kerumahnya pada malam itu.Dalam satu riwayat lain disebutkan bahawa dia dan keluarganya tidak akan didekati syaitan dan apa yang dibencinya ( binatang buas seumpamanya ). Dan tidaklah ayat ini jika dibacakan kepada orang gila akan membuatkannya sadar.

Ubay bin Ka’ab berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah, lalu datanglah orang Badui dan berkata, “Wahai Nabi Allah, aku punya saudara laki-laki yang sedang sakit.” Beliau bertanya, “Apa sakitnya?” Dia menjawab, “Linglung (gila)”. Beliau bersabda, “Bawa dia kemari”. Lalu ia dibawa ke hadapan Rasulullah. Dan Rasulullah meruqyahnya dengan membaca al-Fatihah, empat ayat pertama dari surat al-Baqarah, dua ayat 163 dan 164, ayat Kursi, tiga ayat di akhir surat al-Baqarah, ayat 18 dari surat Ali Imran, ayat 54 dari surat al-A’raf, 4 ayat di akhir surat al-Mukminun, 3 ayat dari surat al-Jin, 10 ayat di awal surat as-Shaffat, 3 ayat di akhir surat al-Hasyr, surat al-Ikhlas, al-Mu’awwidzatain (surat al-Falaq dan an-Nas). Lalu berdirilah laki-laki yang sakit tadi, seakan ia tidak mengalami sakit apapun (dalam keadaan sehat).” (HR. Ahmad).



Apa kesimpulan yang kita dapat dari hadits-hadits di atas? Yap..betapa sedikit orang yang tahu, dan lebih sedikit lagi yang mengamalkan, masya Allah...

Ya. Al Baqoroh. Digelari punuknya Al Quran, karena didalamnya terkandung seluruh hukum syariat Islam komplit. Barangsiapa menghapalnya makan dia menjadi orang faqih.

Apa saja kandungan Al Baqoroh?

  1. Dasar tauhid; pemilahan manusia
  2. Hukum-hukum syari'at
  3. Kisah teladan
  4. Doa-doa

Secara rinci adalah sebagai berikut :

Tiga Golongan Manusia dalam menghadapi Al-Qur'an (1-20)
Golongan Mukmin (1-5)
Golongan Kafir (6-7)
Golongan Munafik (8-20)
Keesaan dan kekuasaan Allah SWT. (21-39)
Perintah menyembah Allah SWT. Yang Maha Esa (21-22)
Tantangan Allah SWT. kepada Kaum Musyrikin mengenai Al-Qur'an (23-24)
Ganjaran bagi orang-orang yang beriman (25)
Perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur'an dan hikmah-hikmahnya (26-27)
Bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. (28-29)
Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi (30-39)
Peringatan Allah SWT. kepada Bani Israil (40-141)
Beberapa perintah dan larangan Allah SWT. kepada Bani Israil (40-48)
Perincian nikmat Allah SWT. kepada Bani Israil (49-60)
Pembalasan terhadap sikap dan perbuatan Bani Israil (61)
Pahala orang yang beriman (62)
Pembalasan terhadap Bani Israil yang melanggar perjanjian dengan Allah SWT. (63-66)
Kisah penyembelihan Sapi Betina (67-74)
Keimanan Orang Yahudi sukar diharapkan (75-82)
Bani Israil mengingkari janjinya dengan Allah SWT. (83-86)
Sikap Orang Yahudi terhadap para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT. (87-91)
Penyembelihan anak sapi yang dilakukan Bangsa Yahudi merupakan tanda kecenderungan mereka kepada benda (92-96)
Memusuhi Malaikat Jibril AS. berarti memusuhi Allah SWT. yang mengutusnya (97-101)
Tuduhan Orang Yahudi terhadap Nabi Sulaiman AS. (102-103)
Ketidaksopanan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad SAW. dan sahabat-sahabatnya (104-105)
Menasakhkan suatu ayat adalah urusan Allah SWT. (106-113)
Tindakan-tindakan menghalangi ibadah (114-118)
Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani (119-123)
Perjanjian dengan Nabi Ibrahim AS. (124-129)
Agama Nabi Ibrahim AS. (130-141)
Ka'bah adalah kiblat bagi seluruh umat Islam (142-214)
Sekitar pemindahan Ka'bah (142-152)
Cobaan berat dalam menegakkan kebenaran (153-157)
Manasik Haji (158)
Laknat terhadap orang-orang yang menyembunyikan ayat-ayat Allah SWT. dan orang-orang kafir (159-162)
Allah SWT. Yang Berkuasa dan Yang Menentukan (163-170)
Makanan yang Halal dan yang Haram (172-176)
Pokok-pokok kebajikan (117)
Qisas dan hikmahnya (178-179)
Wasiat (180-182)
Puasa (183-188)
Berjihad dengan jiwa dan harta di jalan Allah SWT. (189-195)
Haji (196-203)
Perbuatan orang-orang munafik (204-210)
Hikmah diutusnya para rasul dan berbagai cobaan bagi para pengikutnya (211-214)
Beberapa Hukum Syariat (215-252)
Orang-orang yang diberi nafkah (215)
Hukum perang dalam Islam (216-218)
Khamr, judi, harta yang dinafkahkan dan pemeliharaan anak yatim (219-220)
Pokok-pokok hukum perkawinan, perceraian, dan penyusuan (221-237)
Kewajiban mengerjakan salat biarpun dalam keadaan takut (238-239)
Wasiat untuk Istri dan Mutah (240-242)
Kewajiban berjihad dan mengeluarkan harta di jalan Allah SWT. (243-252)
Tentang rasul-rasul dan kekuasaan Allah SWT. (253-260)
Keistimewaan dan perbedaan derajat rasul-rasul (253)
Anjuran membelanjakan harta (254)
Ayat Kursi (255)
Tidak ada paksaan memasuki agama Islam (256-257)
Membangkitkan kembali orang-orang yang sudah mati (258-260)
Cara-cara menggunakan harta dan hukum-hukumnya (261-286)
Menafkahkan harta di jalan Allah SWT. (261-274)
Hukum Riba (275-281)
Kesaksian dalam Muamalah (282-283)
Pujian Allah SWT. terhadap para mukmin dan do'a mereka (284-286)

Selamat menghapal...:)

Bahasa Arab : Ilmu Balaghah..

Pengetian Ilmu Balaghah
Untuk lebih mengetahui tentang ilmu Balaghah, maka hendaklah diketahui pengertian dari Balaghah. Meskipun pengertian singkat dari komponen ilmu balaghah itu secara singkat dipandang perlu pula untuk mengetengahkan uraian tentang iImu balaghah agar tampak jelas keurgensian (keberadaan) ilmu Balaghah tersebut.

Adapun pengertian dari segi etimologi adalah sampai atau berkesudahan atau sampai. Menurut pengertian dari sisi kesusastraan ialah “Penonjokan makna dan pengertian kalimat yang jelas, sampai tertanam pada hati pembaca dan pendengarnya (diungkapkan oleh Syaid Ahrnad Aal-Hasymy).
Al-Mukaffa menyatakan bahwa Balaghah adalah beberapa makan yang terpancar dari suatu kalimat melalui beberapa cam, sebagian dengan isayarat , berbicara, berpidato, diskusi, surat-menyurat, karangan yang umumnya merupakan “wahyu” pada kalimat indah, ringkas tepat dan lugas. Jika kita perhatikan dari keterangan-keterangan fakar ilmu balaghah dari beberapa regenerasi dapat disimpulkan bahwa :

llmu Balaghah adalah ilmu yang mengungkapkan metode untuk mengungkapkan bahasa yang indah, mempunyai nilai estetis (keindahan seni), memberikan makna sesuai dengan muktadhal hat (situasi dan kondisi), serta memberikan kesan sangat mendalam bagi pendengar dan pembacanya.

Ungkapan yang mempunyai nilai sastra tinggi telah lama dimiliki oleh orang orang Arab, babkan sebelum tersebarnya agama Islam, tidak mengherankan dari keindahan bahasa membuat mereka terkesima mendengarkan ayat-ayat suci AI-Quran dan bahasa Hadist.

Alam tarakaifa dharaba L-Lahu masalan kalimatin Thayyibatin kasyajaratin ashluha a-sabitun wa far’uha fi s-sa,a’i. Apakah engkau tidak melihat Allah memberikan suatu perumpamaan dengan kalimat yang baik seperti sebatang pohon yang baik akarnya kokoh dan cabangnya menjulang kelangit.

lnilah suatu ayat yang menyatakan kebaradaan dari keindahan dari suatu bahasa.Bila dipandang dari peristilahan linguistik ilmu balaghah ini disebut Ilmu Sematik bahasa Arab. Penamaan sebagai ilmu semantik ini adalah merupakan suatu peristilahan setelah meneliti dan membandingkan disiplin ilmu semantik dan ruang lingkup bahasanya dari segi semantik bahasa Indonesia.

Namun jika diperhatikan dari pendapat para fakar yang lebih dominan menyatakan balaghah sebagai bagian dari pembahasan sastra, mereka juga mempunyai alasan yaitu yang diulas dalam balaghah adalah kebanyakan hasil karya sastra atau bahasa yang mengandung nilai-nilai sastra tinggi (bahasa al-Quran dan Hadist).

Pembagian llmu Balaghah
Ilmu balaghah sebagaimana diketahui terdiri dari bahagian yaitu :

  1. ilmu Bayan,
  2. Ilmu Ma’ani dan
  3. ilmu Badi’.

Untuk lebih jelasnya pembahagian dari ilmu Balaghah ini akan dijelaskan dalam sub-sub pembahasan ini.

Ilmu Bayan
Ilmu Bayan adalah ilmu yang menjelaskan seluk beluk bahasa Arab dimulai dari mengetahui uslub (ragam bahasa) puisi dan prosa.

Pembagian ilmu Bayan meliputi :
Tasybih, rukun tasbih. Pembahagian Tasybih dan kegunaan ungkapan Tasybih . Balaghah dan pengaruhnya bagi orang Arab dan bahasa Arab bagi para pembicara dan lawan bicara

Pembahasan tentang Majaz serta pembahagiannya Isti’ara (kata pinjaman) beserta pembahagiannya.
Kinayah dan pembahagiannya. Keterangan ringkas mengenai pembahasan ilmu Bayan :

a. Tasybih
Jika dilihat dari asal kata, tasybih berasal dari kata ٩بش/Syabbaha, mengingat masamuda, mensifatkan kecantikan gadis. (Muhammad Yunus, 1973:188). Dari segi ilmu Balaghah adalah menyempakan sesuatu kepada sesuatu yang lain dalam bahasa arab disebut :

Itu ditujukan supaya dapat menggambarkan hal rang tersembunyi, hal yang jauh, dan yang dekat,
menambah ketinggian derajat, memuji keindahan, kelebihan seseorang atau kelompok, sehingga menyentuh perasaan orang. Arkanutasybih yaitu:

Musyabbah : yaitu suatu yang dipersamakan
Musyabbah bih : yaitu yang diumpamakan
Adat Tasybih : yaitu lapaz yang dipergunakan untuk membuat suatu perumpamaan
Wajah syabah : suatu sisi yang dipersamakan.

Al-’Ilmu ka n-nuri fi’ l-hidayati

Musyabbah : Musyabbah bih : Adat tasybih : Wajah Syabah :
Dilihat dari struktur arkanu t – tasybih : Wajah Syabah :

1. Tasybih Mursal Musyabah : musyabah bih : Adat tasybih : Wajah Syabah
2. Muakkad
Muasyabbah : musyabah bih : Adat tasybih : Wajah Syabah
3. Mujmal
Musyabbah : musyabah bih : Adat tasybih : Wajah Syabah
4. Mufassal
Musyabah : musyawarah bih : Adat tasybih : Wajah Syabah
5. Baligh
Musaybbah : musyabah bih : Adat tasybih : Wajah Syabah
6. Tamtsil (wajah syabah bersjfat majemuk serta memerlukan pemikiran dan Hayalan : Musyabbah: musyabah bili: Adat tasybili: Wajah Syabah
7. Ghairu t-tamtsil (wajah syabah yang lugas, tidak memerlukan banyak hayalan dan Penafasiran).

Musyabbah: musyabah bili: Adat tasybili: Wajah Syabah

Tasybih jika dilihat dari sudut linguistik dapat dipadankan dengan istilah gaya bahasa
Metafora

b. Majaz
Majaz juga dikenal dalam bahasa Indonesia yang berarti makna kiasan atau figuratif meaning
(pemakian kata – kata yang bukan pada arti yang sebenarnya)

Contoh Artinya : seorang pemberani berpidato di depan kita
Ditinjau dari padanan peristilahan semantik bahasa Indonesia majaz ini termasuk gaya bahsa
Hiperbola dalam kelompok gaya bahsa pertentangan.

c. Isti’arah
Ist’arah merupakan kata pinjaman yaitu penggunaan kata dengan tujuan memperkuat makna yang terkandungdalam kata tersebut (makna tersirat) (Hasymy 303).
Isti’arah terbagi dua :
a. Tasyrihiyah : dipadankan dengan anti klimaks yakni penitik makna pada lapaz
musyabbah bih.
Contoh :
Kitabun anzalnahu ilayka li tu hkrija n-nasu mina z-zulumati ila n-nuri
Kitab (AI-Qur’an) ini diturunkan adalah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada
bahaya.

b. Makniyah: Dari peristilahan semantik indonesia di sebut gaya bahasa klimaks, pada isti’arah
makniyah ini lafaz musyabbah bih dibuang dan digantikan dengan kata yang lazin
dipergunakan sebagai rangkaian kata tadi.
Contoh :
/Inni la ara ra’usan qad ainaat wa hana qitafuha wa ini lashabuha./
Aku telah melihat kepala-kepala yang siap dipetik akulah empunyanya.

d.Kinayah
Kinayah (gaya bahasa Antonomasia) adalah gaya bahasa yang mengandung makna kiasan dan
sindiran. Kinayah ini dibagi kepada dua bahagian yakni :
1. Kinayah Sifat :
suatu sindiran yang ditujukan untuk menyatakan sifat seseorang.
Contoh :
/Thawilu n-najadi rafi’u l-imadi kastiru r-ramadi iza ma syata/
Banyak pertolongan ringan pekerjaan banyak api unggun di musim dingin.
Tujuan sindiran ini menyatakan sifat tolong menolong itu diperlukan di setiap keadaan.

2. Kinayah Mausuf
sindiran yang ditujukan kepada seseorang
Contoh :
/Qara’ a fulanun sinnuhu /
Sipulan telah menggerakan giginya, sindiran kepada seseorang yang sudah benar-benar marah.

Ilmu Ma’ani
ilmu ma’ ani adalah ilmu untuk mengetahui kejelasan ucapan Arab sesuai dengan situasi
kondosinya (amin Hakri 1979:53). Ilmu Ma’ani merupakan pengetahuan untuk menentukan beberapa kaedah untuk pemakaian kata sesuai muqtadal hal. Jelasnya Ilmu Ma’ani itu adalah suatu peraturan tentang pemberian makna yang tepat sesuai dengan redaksi kalimat.
Dalam kelompok ilmu Ma’ ani ini akan dibahas mengenai :
-Kalam khabari dan insya
-Zikru dan Hazfu
-Taqdim dan ta’hir
-Qashar
-Washal dan fashal
-Ijaz dan Musawah

Untuk mempermudah pemahaman pembaca pemula maka akan dijelaskan di sini tentang kalam khabari dan insya’i. Menceritakan tentang kalam tidak dapat terlepas dari Musnad dan Musnad ilyhi juga
Mutakallim, mukhatab dan kalam itu sendiri (isi dan manfaat kalam)

-Kalam khabari
yaitu kalam (kalimat ) yang mengandung pengertian (arti) benar atau dusta sedangkan
-kalam insya’I
suatu kalimat yang tidak mengandung pengertian benar dan
dusta.

Setiap kalam baik berbentuk khabari atau insyai mempunyai dua rukun (komponen) yakni Mahkum Alayhi dan Mabkum bib, disebut juga dengan Musnad ilayhi dan musnad .
Contoh:
/yabunayya ta’allam husna l-istima’l kama tatallam husna l-hadis/
hai anakku perhatikanlah pelajaranmu sebagaimana engkau mempelajari kata-kata yang baik’

Contoh 2:
Nukilan sajak Abu Nawas (penyair seribu satu malam)
‘Ar- rizqu wa l-hirmanu majrahuma bima qadha L-Lahu wa ma Qaddaral/ Rezki dan kehormatan
itu sama-sama dilimpahkan sesuai dengan ketentuan Allah dan sesuai dengan ukurannya.

Penganalisaan dari kedua contoh diatas sebagai berikut :
Jumlah (kalimat) : jenis : Musnad ilayhi : Musnad

dari segi bahasa Indonesia, Musnad ilayhi ini bisa disebut subjek dan musnad adalah predikat.
a. Kalam Khabari
Kelompok kalam khabari, yang lebih dekat pengertiannya adalah kalimat yang mengandung makna berita. Berita yang diungkapkan oleh si pembicara mempunyai tujuan tertentu demikian pula bagi sipendengar/pembaca berita.
Fakar ilmu balaghah menentukan keadaan ini dan menamakan pokok bahasan tentang

Al-ghardu mill ilqai I-hkabari/. ,.
Tujuan dari ungkapan dari berita Hal ini dibagi menjadi dua kategori yaitu :
1. Bila kalimat tersebut sudah sama-sama diketahui oleh si pembicara dan dipendengar
(pembaca) maka kaliInat khabari itu disebut

Lazim Fa’ i dah/
2. Bila kalimat itu sebelum diketahui oleh sipendengar/pembaca atau offing ke dua maka disebut ‘/
Selanjutnya khabari inipun dilihat dari kegunaannya sesuai dengan konteks kalimat serta situasi dan kondisi kalimat itu disampaikan atau / al-ghardhu tufhamu mill siyaqi l-kalam/
Dilihat dari konteks klaimatnya ini hkabari dibagi kepada :
1. /istirhamu/penghormatan l /C h/_”_
2. _ / Izharu tahassuri/ keluhan
3. /Izharu dha-dha’fi/mengungkapkan kelemahan
4. /al-fihkri/Bangga
5. / Al-Hassu ‘ala s-sa’yi wa I-jiddi /Memotivasi untuk menimbulkan semangat dan kesungguhan.

(contoh dari masing-masing hal ini dapat diperhatikan dalam buku Al-Balaghatu l-wadhihah 144-147, Mustafa amin, tanpa tahun) khabari ditinjau dari kepentingan si lawan bicara terbagi kepada tiga bahagian yaitu :
1. Bila orang kedua sama sekali belum mengetahui barita, maka khabar tidak perlu mengunakan huruf tawkid (tanda penguat berita). Disebut khabar Ibtida’i.

2. Bila orang ke dua ragu akan berita yang disampaikan padahal dia belum mengetahuinya maka dikemukakan kbahar dengan penambahan huruf taukid (tanda penguat).

3. Bila orang kedua tetap tidak percaya (munkir) atas berita yang disampaikan meskipun ada dalil yang telah ditentukan, maka wajib diberikan huruf taukid, satu taukid atau lebih. Konteks ini disebut khabar Inkari. Huruf-huruf taukid (ada waktu -t-taukidi) sebagai berikut ini :
Inna, anna, waw qasam, lam ibtida’, nun taukid, ahrufu t-tanbih, hurufu z-zaidah, qad, amma
syarthiyah.

b. Kalam Khabar huruju an muqthada -zahir
Kalak khabari khuruju an muqthada z-zahir
adalah kalam khabari yang keluar dari konteks semula, pada kaidah ilmu balaghah dibagi kepada tiga bahagian yaitu:

1. Khabar yang diungkapkan tanpa buruf taukid tetapi lawan bicara masih terus bertanya dan ragu atas berita yang diceritakan hal ini menyalahi konteks berita biasa disebabkan lawan bicara khuruju an muqthada z-zahir. Lawan bicara dalam hal ini dianggap sebagi orang yang tidak ingkar.

2. Khabar yang diberikan tanpa huruf taukid, tetapi lawan bicara tidak lagi bertanya. Disini ia digolongkan sebagai orang yang inkar.

3. Khabar yang dikemukakan tanpa huruf taukid, disini pembicara menempatkan lawan bicaranya sebagai seorang yang tidak mungkar, dengan tujuan untuk menjinakkan hati lawan bicaranya. Ini kerap kali digunakan dalam berpolitik (Ali Jarim tanpa tahun. Hal 165).

c. Kalam lnsya’I
Kalam insya’I terbagi kepada dua kelompok yaitu:
Insya’ Thalaby dan insya’ Gbayru Thalaby.

lnsya’ Thalaby :
yaitu menuntut sesuatu yang tidak berhasil pada waktu kata – kata itu diungkapkan yakni bentuk
amar, Nahyi, Tamanny dan Nida’i.

lnsya’ Gbayru Thalaby :
yaitu tidak ada tuntutan sesuatu terdiri dari bentuk, Ta’ajjub, Madah , Zam, Qasam Af’alu, r-raja dan
bentuk-bentuk lain selain insya’ thalaby.

Untuk melihat keterkaitan ilmu Balaghah dengan tata bahasa Arab maka penulis hanya menerangkan tentang beberapa sisi dari Insya’ Thalaby saja.

c. 1. Pembagian Insya’ Thalaby
Amar Adapun Qaidah Amar yaitu menuntut suatu pekerjaan dari orang rang lebih tinggi (kedudukan atau umur). Bentuk Amar dalam balaghah sama dengan bentuk amar dalam tata bahasa Arab.

Fakar-dakar ilmu balaghah menyebutkan :”Bentuk Amar ada empat :
Fi’il Amar Mudhari’ yang diketahui oleh Ei’lam Amar Ism Fi’il amar Masdar sebagai ganti dari Fi’il Amar
Selain makna perintah dari segi balaghah Amar mempunyai makna lain yakni apabila diteliti dari konteks kalimat (siyaqul kalam) mendatangkan makna sebagai berikut

-/Irsyad/’ memberi petunjuk’ / Do’a/Do’a
-/lltimas/menyuruh orang sebaya’ /amanny/’bercita-cita’
-/Takhyir/’memilih’
-/Taswiyah/’Mempersamakan’
-/ Ta’jizl’ Melemahkan’
-/Tahdid/Ancaman’
-/bahah/’ membolehkan’
contoh Amar :
1. . Amma ba’du fa aqin linasi l-hajji/’ Seteleh itu maka peritahkanlah hajji kepada manusia’ .

2. I… Wa l-yatawaffu bi l-bayti l…’atiq/’ dan tawaflah kamudi rumah suci’

3. I’ Alaykum andusakum la yadhurrukum man dhalla iza h-tadaytum/’
Perliharalah dirimu janganlah membuat dirimu mudharat dengan kesesatan setelah engkau
memperoleh petunjuk.

4. /Wa bi l-walidayni ihsanan/ ‘ Berbuat baiklan kepada kedua orang tuamu’

- Nahyi
Nahyi adalah menurut memberhentikan perbuatan dari orang yang lebih tinggi. Bentuk bahyi
berasal dari fi’il mudhari’ didahului oleh la nahiyyah.
Contoh :
/Wa La taqrabu mala l-yatimi ilia billati hiya ahsanu/ Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali untuk kebaikan.

Ahli ilmu Balaghah mengkategorikan arti nahyi dilihat dari (Siyaqu l-kalam kepada :
/ Do’a/Doa’
/ lltimas/ melarang orang sebaya’
/ Tamanny/’Cita-cita’
/ Taubih/’Menjelaskan’
/ Tay’is/Menyesal’
/ Tahdid/’ Ancaman’
/ Tahqir/’Hinaan’

Menganalisis analisis makna Nahyi dri konteks kalimat itu memerlukan perhatian yang jeli, sehingga nampak keistimewaan artinya. Ini merupakan hal yang penting bagi penterjemah, sehingga terjemahan tidak terjebak pada kesalahan arti, terutama sekali bagi penterjemahan ayat-ayat Al Quran dan Hadist Rasul.

- Istifham
Istilah adalah bentuk kalimat rang dipergunakan untuk mendaptkan informasi yang jelas tentang sesuatu masalah, yang belum diketahui sebelumnya. Cara pembentukan Istifham adalah dengan mempergunakan ada watu istifham.

Adawa tu l-istifham adalah :
نﻣ/min/’dari/,لﺤ/hal/’adalah’, ﻣﮐ/kam/’berapa,ﺎﻣ/ma/’apa’,
ت ﺎﻣ
/mata/’bila أ/’a/’apa, تأ/anna/’bagaimana, نﻳ أ/aina/’dimana’,ﻲا /ay/’apa’/ﺂنﺁﻳ ﺁ/ayyana/’bagaimana, kapan’.

- Tamanny
Tamanny adalah menuntut sesuatu urusan rang sangat disukai tetap adakalanya hal yang mustahil tercapai dapat juga disebut sebagai angan-angan. Tamanny ini dibentuk dengan menggunakan huruf tamanny : لﺤ/hal/’, تﻳﻟ/layta/’sekiranya’,وﻟ/lau/ ‘kalu sekiranya’, ﻞﻌﻟ/la’alla/’mudah-mudahan’

Contoh Istifbam :
1. ‘fa hat Lana min sufa’a u fa yasfa’u lana/
ﻂ ‘Masih adakah yang mau menolong kami, maka berilah pertolongan kepaa kami’

2. flaw La kana ‘indi shadiqin yaji’u bi khamsati atafin rubiyyatin/ kalau ada temanku yang memberikan aku lima ribu rupiah saja’

3. /Layta s-sabab ya’udu ghadan/ “Semoga masa muda dapat terulang besok”

An-nida
An-nida adalah panggilan kepada seseorang pada mulanya annida’ ini ditujukan hanya untuk memanggil seseorang saja, namun pada tahapan selanjutnya An- nida’ ini ditujukan pula untuk menyeru ;

An-nida’ (seruan) menggunakan huruf Nida’ yaitu:
Ỉ/hamzah/’hai’, يﺁ/ay/’hai’ ,mari, ﺂﻳ/ya/’hai,mari, ي/ya /و/wa/ ي
׀/ayya/ﺂﻳ ﺎﺤ/hayya/. Semua ini digunakan untuk menyeru orang yang dekat. أ/hamzah, digunakan untuk menyeru orang yang dekat

يأ/Ay/menyeru kepada yang dekat dihati dan selalu hadir dalam benaknya. Adakalanya
diperuntukkan يأ/ /Ay/ dan أ/hamzah/untuk memanggil orang yang tinggi martabatnya, dengan penuh kesopanan.

ﺎﻳ/ya/digunakan untuk yang dekat meskipun tidak nampak, atau pada tempat yang jauh.
Contoh: بﺮ ﺎﻳ/Ya rabbi/’Ya Tuhanku.

KEBERADAAN ILMU BALAGHAH SEBAGAI CABANG ILMU BAHASA

Ilmu Balaghah yang sekilas berbeda dengan ilmu-ilmu babasa yang lain seperti ilmu Nahwu dan Sarf, Qira’ah dan muthala’ah, berbeda dengan Dirasatu 1-mu’jamiyah dan ilmu as-ashaut, namun bila dianalisis secara seksama maka dapat diperincikan keterangan mengenai keterkaitan ilmu Al-Balaghah dengan ilmu-ilmu bahasa yang lain. Keberadaan ilmu Balaghah sebagai salah satu dari cabang ilmu bahasa akan tampak jelas jika diperbandingkan antara ilmu-ilmu tersebut. Keberadaan ilmu Balaghah sebagai ilmu Bahasa Arab tahapan awal terlihat pada kelompok llmu Bayan. Dalam ilmu Bayan terdapat kalam (kalimat yang sempurna) yang terdapat juga dalam ilmu Nahwu yang disebut dengan al-jumlatu I-mufidatu (kalimat yang sempurna)

4.1. Keberadaan llmu Balaghah Dari Segi Uslub.
Uslub adalah gaya bahasa atau susunan kalimat yang dituturkan dengan baik, sehingga membuat pembaca atau pendengar terkesima. Uslub dalam ilmu Balaghah dapat dipadankan dengan Ragam Bahasa Indonesia dari sisi Linguistik/ tata bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang tercermin dari ilmu Balaghah itu terdiri dari :
-Ragam Bahasa ilmiah
-Ragam Bahasa Sastra
-Ragam Bahasa Retorik (Pidato)

-Ragam bahasa Ilmiyah
adalah ragam bahasa yang dipergunakan untuk menjelaskan sesuatu secara ilmiyah, ragam bahasa ini digunakan dikalangan pendidik, ilmuwan, cendikiawan, dalam berbagai disiplin ilmu.

-Ragam bahasa sastra
adalah ragam bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan bahasa yang indah mempunyai nilai estetik tinggi, ada kalanya mempunyai penyimpangan dari peraturan Nahwu dan Sarf.

Ali Jarim menyebutkan bahwa : “Uslub Adabi adalah Ragam bahasa yang sulit yang sangat memerlukan keterampilan dan pemikiran yang khusus dan memerlukan hayalan sipenterjemah untuk mengekspresikannya. (Ali Jarim. Tanpa taboo, hal 16).

-Ragam bahasa Retorik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh para Da’I, ahli pidato (orator), ditujukan untuk terampil berargumentasi. Ragam bahasa Retorik ini di bahas pada ilmu Balaghah dalam kelompok ilmu Badi’. (Al-hasymy dalam Muqaddimah jawahiri 1- Balaghah)

Berpidato merupakan suatu keterampilan yang sangat berharga didalam khalifah-khalifah masyarakat Arab bahkan sebelum datangnya Islam. Untuk menyusun kalimat dengan berbagai uslub yang telah disebutkan tadi diperlukan llmu Tata Bahasa Arab sintaksis Arab ini akan memberikan satu rumusan tentang bentuk kalimat Islamiyah, bentuk kalimat Fi’liyah dan bentuk Syibhu Jumlah.

Dari struktur Fi’liyah dikenal adanya subjek dan predikat atau dari balaghah yang disebut mahkum ‘alayhi dan Mahkum Fih. Demikian juga struktur jumlah islamiyah akan terdiri dari mahkum alayhi dan mahkum
fih.

4.2. Keberadaan Balaghah dari Segi Struktur
llmu Balaghah memperkenalkan banyak struktur kalimat dan dari segi isi (makna kalimat). Struktur kalimat dalam ilmu Balaghah adakalanya terdiri dari ismiyah dan adakalanya jumlah fi’liyah. Struktur jumlah ismiyah sama dengan struktur yang ada pada jumlah al kahabari. Pengenalan tentang mubtad’ dan khabar (jumlah ismiyah) yang terdiri dari jumlah musnad dan musnad ilayhi. Struktur yang terbalik dapat saja dalam ilmu balaghah jika kalimat tersebut hasil karya sastra. Hal seperti ini menandakan adanaya satu kebebasan memilih struktur bagi para sastrawan. Kesamaan struktur Amar antara ilmu Nahwu dan ilmu Balaghah terlihat jelas dari cara pembentukan amar, yaitu :

- Dibentuk dari fi’il amar asli dengan makna perintah secara hakiki (sebenarnya).
- Bentuk fi’il Mudhari’ didahului lam Amar
- Bentuk Ism Fi’il Amar
- Bentuk masdar sebagai ganti fi’il Amar

Untuk kesamaan struktur ini para ahli balaghah menuliskan sama dalam buku buku mereka, tidak ada yang menuliskan adanya satu perbedaan struktur. Struktur nahyi pads ilmu Balaghah juga “mempunyai kesamaan dengan ilmu Nahwu demikian juga dengan struktur Istifham, struktur Tamanny. Urgensi illmu Balaghah akan sangat terasa apabila diperhatikan kegunaannya ketika menterjamahkan kalimat. Karena dalam Balaghah ada arti leksikal dan ada arti gramatikal. Suatu contoh dapat diperhatikan :

/la takullahuma uffun’ /”janganlah kau katakan ah, pada kedua orang tua mu”.

KALAU SESEORANG TIDAK MENGGUNAKAN ILMU BALAGHAH MAKA IA TIDAK AKAN SAMPAI KEPADA ARTI SEBENARNYA YANG TERKANDUNG DALAM KALIMAT ITU. MAKNA SEBENARNYA JAUH LEBIH DALAM DARI APA YANG DITERJEMAHKAN INI.

Makna tersirat (tersembunyi) dari kalimat diatas adalah sedangkan mengucapkan ah saja dilarang dalam Islam apa lagi berbuat kasar dan tidak baik terhadap orang tua.

SINDIRAN-SINDIRAN HALUS DARI BAHASA AL-QURAN AKAN TERASA MEMBEKAS DI DALAM BENAK SESEORANG, APABILA IA TELAH MENGETAHUI BALAGHAH DAN DASAR-DASAR ILMU TERJEMAH.

KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari makalah ilmiyah ini adalah :

llmu balaghah yang semula oleh sementara orang dikategorikan kepada ilmu sastra, tetapi ilmu balaghah itu adalah sintaksis Arab. Sebagai ilmu semantik tentu ia berkaitan erat dengan ilmu Sintaksis ilmu Nahwu dan ilmu sarf.

Keberadaan ilmu balaghah sebagai ilmu bahasa Arab akan terlihat dengan jelas jika dipergunakan kaca mata balaghah, dengan demikian akan mudah pula untuk mengerti pesan yang terkandung dalam serangkaian kalimat, baik berbentuk sastra ataupun yang bukan sastra.

Saran

Setiap orang akan merasa kesukaran apabila menggunakan bahasa yang bukan bahasa ibunya. Kendala untuk mengerti ilmu Balaghah atau bahasan mengenai sastra akan lebih sulit dimengerti apabila tidak mempunyai dasar pengetahuan awal. Sebagai penulis menyarankan agar mempelajari tentang ilmu nahwu dan Morfologi Arab dengan baik agar lebih mudah menyerap, terutama ilmu balaghah yang dianggap sulit itu akan lenyap sendiri.


Ilmu-ilmu Bahasa Arab

“Ulumul Arabiyah” bisa disebut linguistik Arab itu terdiri dari :

1. Ilmu L-ughah :
llmu pengetahuan yang menguraikan kata-kata (lafaz) Arab besamaan dengan maknanya. Dengan pengetahuan ini, orang akan dapat mengetahui asal kata dan seluk beluk kata. Tujuan ilmu ini untuk memberikan pedoman dalam percakapan, pidato, surat-menyurat, sehingga seseorang dapat berkata-kata dengan baik dan menulis dengan baik’ pula.

2. Ilmu Nahwu :
Ilmu pengetahuan yang membahas prihal kata-kata Arab, baik ketika sendiri (satu kata) maupun ketika terangkai dalam kalimat. Dengan kaidah-kaidah ini orang dapat mengatahui Arab baris akhir kata (kasus), kata-kata yang tetap barisnya (mabni), kata yang dapat berubah ( mu’rab). Tujuanya adalah untuk menjaga kesalahan-kesalahan dalam mempergunakan bahasa , untuk menghindarkan kesalahan makna dalam rangka memahami AI-Quran dan Hadist, dan tulisan-tulisan ilmiah atau karangan.

Alam tata bahasa/ sintaksis Arab, dikenal istilah Fi’iil dan Harf, jumlah Islamiyah dan Fi’liyah serta Syibhu jumlah. Dalam ilmu Nahwu banyak lagi istilah dan persoalan yang dihadapi dapat diteliti dari buku-buku bahwa yang banyak tersebar. Yang dikenal memprakarsai Nahwu adalah Ali bin Ali Thalib beserta sahabatnya.

Peristilahan Nahwu yang berpengaruh kepada bahasa Indonesia adalah yang dikarang oleh Abul Aswat Adduali dan Sibawaihi yang terlebih dahulu dikenal orang Barat. (keterangan lanjutan dapat dilihat dari buku Sejarah Studi bahasa Indonesia oleh Drs. Ahmad Samin 1982. Diktat Fakultas Sastra USU).

3. Ilmu Sarf(morfologi Arab).
Ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang bentuk asal kata, maka dengan ilmu ini dapat dikenal kata dasar dan kata bentukan, dikenal pula afiks, Sufiks dan infiks, kata kerja yang sesuai dengan masa. Penciptaan llmu Sari ini adalah Muaz bin Muslim.

4. Ilmu Isytiqaq :
Ilmu pengetahuan tentang asal kata dan pemecahannya, tentang imbuhan pada kata (hampir sama dengan ilmu Sarf)

5. Ilmu L-’arudh :
Yang membahas hal-hal yang bersangkutan dengan karya sastra syair dan puisi. llmu Arudh
memberitahukan tentang wazan-wazan (timbangan) syair dan tujuanya adalah untuk membedakan proses dalam puisi membedakan syair dan bukan syair .Dengan ilmu arudh ini dikenal bahar syair seperti berikut ini : bahar thawi, bahar madid, bahar basith, bahar wafir, bahar kamil, bahar hijaz, bahar rozaz, bahar sari’ bahar munsarih, bahar khafif, bahar mudhari, bahar muqradmib, bahar mujtas, bahar
mutaqarib, bahar Romawi dan bahar mutadarik.

6. Ilmu Qawafi :
yang membahas suku terakhir kata dari bait-bait syair sehingga diketahui keindahan syair. Yang memprakarsai adanya Qawafi ialah Muhallil bin Rabi’ah paman Amruul Qaisy.

7. llmu Qardhus Syi’ri
yaitu sejenis ilmu pengetahuan tentang karangan yang berirama (lirik), dengan tekanan suara yang tertentu. Gunanya untuk membantu menghafalkan syair dan mempertajam ingatan pembaca syair.

8. Ilmu hkat
yaitu pengetahuan tentang huruf dan cara merangkaikannya, termasuk bentuk halus kasarnya dan seni menulis dengan indah dapat dibedakan dalam beberapa bentuk mulai dari khat tsulus, Diwan, Parsi dan khat nasakh. Penemu pertama ilmu khat adalah nabi Idris karena beliaulah yang pertama kali menulis dengan kalam.

9. Ilmu Insyak
yaitu ilmu pengetahuan tentang karang mengarang surat, buku, pidato, cerita artikel, features dan sebagainya. Gunanya untuk menjaga jangan sampai salah dalam dunia karang-mengarang.

10. Ilmu Mukhodarat
yaitu pengetahuan tentang cara-cara memperdalam suatu persoalan, untuk diperdebatkan didepan majlis, untu menambah keterampilan berargumentasi, mahir bertutur dan
terampil mengungkapkan cerita.

11. Ilmu Badi’
yaitu pengetahuan, tentang seni sastra, Penemu imu ini adalah Abdullah bin Mu’taz. llmu ini ditujukan untuk menguasai seluk beluk sastra sehingga memudahkan seseorang dalam meletakkan kata- sesuai tempatnya sehingga kata-kata tadi berlin bertelindan dengan indah, sedap didengar dan mudah diucapkan.

12. Ilmu Bayan
ialah ilmu yang menetapkan beberapa peraturan dan kaedah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam kalimat penemunya adalah Abu Ubaidah yang menyusun pengetahuan ini dalam “Mujazu
Al-Quran” kemudian berkembang pada imam Ahu T ,qahir disempurnakan oleh pujangga-pujangga Arab lainnya seperti AI-Jahiz, .lbnu Mu’taz, Qaddamah dan Abu Hilal Al- Asikari. Dengan ilmu ini akan diketahui rahasia bahasa arab dalam prosa dan puisi, keindahan sastra Al-Quran dan Hadist.

Tanpa mengetahui ilmu ini seseorang tidak akan dapat menilai apalagi memahami isi AJ-
Quran dan Sabda nabi dengan sesungguhnya.

13. Ilmu Ma’ani
ialah pengetahuan untuk menentukan beberapa kaedah untuk pemakaian kata sesuai dengan keadaan (situasi dan kondisi) dalam istilah disebutkan “Muthabiq Lil /muqtadhal Hali” tujuannya untuk mengetahui I’jaz Al-Quran, keindahan sastra Al-Quran yang tiada taranya. Demikian pembagian ilmu L-Arabiyah yang disadur dari (pengantar Sastra Arab(Food Said 1985, 98-106). Jika ditinjau dari segj perbidangan linguistik maka pembagian ilmu bahasa Arab tersebut diatas termasuk bidang interdisiplioner linguistik yang saling terkait satu dan lainnya. Bidang ilmu Balghah (semantik Arab) terangkum dalam komponen ilmu bayan, Ma’ani dan Badi’.

Bahasa Arab : Awal

Berbicara tentang bahasa arab memang mengundang decak kagum. Bagaimana mungkin bahasa ini bisa bertahan ratusan bahkan ribuan tahun hingga sekarang, masih hidup dan orisinil. Maksud saya adalah, ini satu hal yang unik dan luar biasa.

Contoh bahasa inggris yang sekarang berbeda dengan bahasa Inggris 300 tahun lalu. Kita tidak bisa lagi membaca teks-teks buku karya abad 15 karena aturan tata bahasanya berbeda. Dengan kata lain, bahasa selalu mengalami penyempurnaan. Begitupun bahasa jepang, cina, india, latin. Andaikata ada orang pada masa dulu hidup dijaman sekarang tentu mereka akan terheran-heran dan bingung karena tidak paham dengan bahasanya sendiri yang sudah berubah.

Sementara bahasa Arab, pada masa rasul adalah masa keemasan sastra arab, sehingga Mukjizat rasulullah adalah mengalahkan balaghah sastra, sehingga kaum ahli sastra terpaksa mengakui keunggulan AlQuran. Dan dari sini mereka mulai meneliti tata bahasa cara Al Quran berbicara, sehingga lahirlah ilmu nahwu dan shorof, dan sebagainya.

Namun perlu diketahui bahwa bahasa Arab yang masih murni adalah bahasa Arab Al Quran atau Bahasa Arab Fusha, bahasa kaum bangsawan terpelajar. Sementara bahasa arab kaum pasaran atau dikenal dengan bahasa Ammiyah tidak mengenal tata bahasa, dan terkadang sudah campur aduk dan mengalami degradasi dengan bahasa lainnya.

Bila kita belajar bahasa Arab, hendaklah belajar bahasa arab Fusha, dengannya kita dapat memahami kandungan Al Quran.


Lauh Mahfudz dunia..

Al Quran adalah kitab yang diturunkan oleh sang pembuat, pemilik sekaligus pengatur alam semesta melalui utusannya yang terakhir Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam orang Quraish Bani Hasyim, bangsa Arab, sekitar abad ke 7 masehi. Isinya memuat segala informasi masa lalu, sekarang dan yang akan terjadi. Barangsiapa yang mengetahui isinya maka akan menjadi orang yang paling berilmu, karena dia telah mengetahui apa yang diberitakan oleh pengatur alam ini.

Sadarkah antum darimana gerangan Quran diturunkan? Ya, dari Lauh Mahfudz. Dan tahukah apa itu Lauh Mahfudz? Lauh=Papan, Informasi, Mahfudz=Terjaga. Terjaga dari sentuhan selain Allah. Itulah gudang segala rahasia kejadian alam, yang telah, sedang dan akan terjadi. Bahkan iblis yang berkeinginan mendekati area terlarang ini pun dilempari api hingga lari tunggang langgang. Itulah Lauh Mahfudz, tempat bersemayam segala rahasia alam...

Dan ketika Allah berkenan menurunkan sesuatu dari Lauh Mahfudz, bisa terbayang oleh kita betapa luar biasa "sesuatu"tersebut", sayangnya kita, umat islam, kerap kali menyepelekan kebesaran tersebut. Marilah mulai sekarang kita melihat dengan lebih serius arti dan kebesaran Al Quran, yang andai kata diberikan kepada gunung, maka gunung akan pecah hancur berkeping-keping, saking takutnya...

Jumat, 25 Oktober 2013

Tahfidz Al Quran..

Setelah iman kepada Allah, maka amal yang paling utama adalah mencari ilmu dan beribadah dengan ibadah terbaik kepada-Nya. Adapun sumber ilmu yang paling utama, paling lengkap dan sempurna adalah Al Quran Al Kariim. Maka membaca, menelaah dan memahami AlQuran adalah suatu keutamaan. Alangkah ruginya mereka yang meninggalkan dan melalaikannya. Alangkah mengherankan orang yang mengetahui keutamaannya namun enggan menjalankannya..

AlQuran penuh dengan informasi, baik yang lalu, sekarang dan yang akan datang. Al Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Untuk memahami isinya mau tidak mau harus pula paham dan mengerti tentang bahasa Arab. Tidak mungkin kita memahami Al Quran dari terjemahan bahasa lain. Ini ibarat menimbang air seember dengan timbangan gelas kecil. Sudah penuh gelas namun air di ember belum dapat ditakar juga. Orang yang berpikir bahwa belajar Al Quran dari terjemahan seperti orang yang mengatakan bahwa air dalam gelas adalah sama isinya dengan air dalam ember. Alangkah rancu pikirannya, afwan..

Hal ini dikarenakan dalam bahasa arab terdapat pola kata dan tata bahasa yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Sebagai bahasa purba, tentu sudah mengalami evolusi yang demikian pesat. Dan perlu diketahui, satu-satunya bahasa purba terlengkap yang masih eksis dan dipakai hingga saat ini hanya bahasa arab. Bahasa semit, bahasa ibrani, bahasa yunani, bahasa latin, bahasa mesir jamannya firaun, bahasa india, bahasa anglo-saxon purba, semuanya musnah. Sementara bahasa cina purba pun sudah mengalami degradasi, yang tertinggal hanya tulisan hansyi (jepang : kanji) yang juga banyak mengalami perubahan menyesuaikan jaman.

Tahulah kita bahwa Allah akan menjaga kelangsungan bahasa wahyu-Nya tersebut hingga akhir masa kelak.

Setelah menguasai bahasa Arab lalu bagaimana?

Hendaknya kita mulai membaca Al Quran dengan penuh perhatian terhadap seluruh apa yang di-firman-kan. Kerahkan seluruh kemampuan bahasa Arab kita, hingga kita betul-betul memahami apa yang dimaksud Allah dalam Al Quran.

Usahakan antum bisa menyelesaikan membaca Al Quran maksimal dalam 1 bulan, berarti 1 hari 1 juz. Kalau mampu selesaikan Al Quran dalam 7 hari. Jangan kurang dari itu, karena antum tidak akan sempat melakukan peresapan makna mendalam.

Setelah berulang kali membaca, mengulang, khatam Quran dalam 1 bulan sudah terasa ringan maka tahap berikutnya adalah menghapal. Ya, antum akan merasakan betul, betapa berbeda cara memahami Al Quran antara membaca, meneliti dan merunut saja, dengan bila antum sudah hapal.

Contoh mudah.

Bila antum membutuhkan topik tertentu, maka tidak perlu lagi membuka surat atau halaman demi halaman. Antum tinggal cari dalam "laci" ingatan, dan keluarkan. Lebih mudah, dan lebih cepat dari waktu untuk sekedar membuka halaman Al Quran. Hebat bukan?

Kita lihat, bagaimana peranan menghapal Al Quran demikian penting. Bila kita mencoba mencari makna suatu ayat, langkah yang semestinya kita lakukan adalah mencari ayat lain yang semakna dengan yang sedang kita baca. Ini namanya tafsir Quran bil Quran. Dan beginilah cara rasul dan para sahabat membuat penafsiran. Bila semua ayat pada topik yang sama dikumpulkan, dan tidak ditemukan pemahaman jelas, barulah mencari hadits yang terkait, baik dalam sababun nuzul atau pun ucapan rasulullah sendiri dalam mengartikan ayat tersebut, karena beliau merupakan penafsir Quran langsung dalam bimbingan wahyu.

Nah, proses pengumpulan ayat bil ayat ini akan cukup memakan waktu, kecuali bila kita hapal. Oleh karena itu menghapal Quran menjadi hal wajib bagi mereka yang ingin mengetahui tentang agamanya.








Rabu, 23 Oktober 2013

Mengenal Tabi-in : Abdullah bin Mubarak

Ulama, Mujahid dan Dermawan
Abdullah bin Al Mubarak, seorang tabi’in yang sangat terkenal dengan sifat kedermawanannya. Meskipun beliau termasuk orang yang cukup mampu, namum beliau sangat mengerti bagaimana cara mempergunakan hartanya di jalan yang diridhai oleh-Nya.
Beliau (Ibnul Mubarak) biasa pulang pergi ke Tharasus dan biasanya saat di tengah perjalanan bila hari telah menjelang malam, beliau segera singgah beristirahat di sebuah penginapan. Di penginapan itu, ada seorang pelayan muda yang biasa mengurus kebutuhannya. Dan yang lebih menarik perhatian Ibnul Mubarak adalah bahwa pemuda itu ditengah pekerjaan melayani dirinya, juga sangat rajin belajar hadits dengannya. Semangat belajarnya sangat tinggi. Pekerjaanya sebagai pelayan tidak menghalangi untuk terus dan terus memepelajari hadits.
Hingga suatu hari, beliau kembali singgah ke penginapan itu, namum tidak mendapati pemuda tersebut. Saat itu beliau memang sangat tergesa-gesa untuk berperang bersama tentara muslimin, sehingga beliau tidak sempat menanyakan hal itu. Barulah setelah pulang dari peperangan dan kembali ke penginapan, beliau segera menanyakan perihal pemuda tersebut. Orang-orang memberitahukan padanya bahwa pemuda itu kini tengah ditahan karena terlibat hutang yang belum dibayarnya. Maka demi mendengar penjelasan itu, beliau segera bertanya, “Berapakah besar hutangnya, sampai ia tak mampu membayarnya ?”
“Sepuluh ribu dirham,” jawab mereka.
Kemudian beliupun segera menyelidiki dan mencari si pemilik hutang itu. Setelah mengetahui orangnya, beliau lantas menyuruh seseorang untuk memanggil orang tersebut pada malam harinya. Setelah orang itu tiba, Ibnul Mubarak langsung menghitung dan membayar seluruh hutang pemuda tersebut.
Namun segera beliau berpesan, agar pemilik hutang tidak menceritakan kejadian ini kepada siapapun selama beliau masih hidup. Dan orang itupun menyetujuinya. Dan akhirnya Ibnul Mubarak berkata, “Apabila pagi tiba, segera keluarkan pemuda itu dari tahanan.”
Pagi harinya, Abdullah bin Al Mubarak pun segera bergegas pergi sebelum pemuda itu dibebaskan. Pemuda itu kembali ke penginapan. Orang-orang yang melihatnya langsung berkata, “Kemarin Abdullah bin Al Mubarak ke sini dan menanyakan tentang dirimu, namun saat ini dia sudah pergi lagi.” Kini yakinlah pemuda itu, bahwa Abdullah bin Al Mubarak yang telah membebaskan dirinya. Maka segera ia menyelusuri jejak Abdullah dan berhasil menjumpai beliau kira-kira dua-tigamarhalah (sata marhalah kira-kira dua belas mil) jauhnya dari penginapan. Setelah Abdullah bin Mubarak melihat pemuda itu, beliau lantas berkata, “Kemana saja engkau anak muda? Kenapa aku tak pernah melihatmu lagi di penginapan ?”
Pemuda itu lantas menjawab, “Benar wahai Abu Abdirrahman (Ibnul Mubarak), saya memang baru saja ditahan karena terlilit hutang.”
“Lalu bagaimana engkau dibebaskan?” tanya Abdullah.
“Seseorang telah datang membayar seluruh hutangku, hingga aku bisa dibebaskan. Namun sampai saat ini aku tidak tahu, siapa orang yang telah menolongku,” ujar pemuda itu lagi. Ia berharap bila Abdullah mengakuinya, bahwa Abdullahlah orang yang telah membebaskan dirinya.
Namun beliau justru berkata, “Wahai pemuda, bersyukurlah engkau kepada Allah yang telah memberikan taufik-Nya kepadamu, sehingga bisa terlepas dari hutang.”
Maka pemuda itupun kembali ke penginapan tanpa membawa jawaban dari semua rahasia pembebasan dirinya. Lelaki pemilik hutang itu pun tak pernah memberitahukan kepada siapapun sampai Abdullah bin Al- Mubarak wafat.
Ibadah Dan Rasa Takutnya Kepada Allah
Dari Al Qasim bin Muhammad dia berkata, “Kami berada dalam sebuah perjalanan bersama Ibnu Al Mubarak, banyak hal yang aku pikirkan. Aku selalu bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuat orang ini menjadi mulia dan terkenal seperti sekarang, jika dia shalat maka kami juga shalat, jika dia berpuasa maka kamipun berpuasa, jika dia ikut berperang maka kami pun juga ikut berperang dan jika dia menunaikan haji maka kami pun juga menunaikan ibadah haji?”
Muhammad Al Qasim berkata lagi, kami sedang dalam perjalanan ke Syam, kami makan malam dalam sebuah rumah penginapan yang tidak ada lampu, sebagian dari kami mencari lampu keluar, aku pun diam di tempat. Namun seberkas cahaya lampu tiba-tiba muncul sehingga aku melihat muka dan jenggot Ibnu Al Mubarak basah dengan air mata. Aku berkata dalam hati, dengan inilah dia menjadi orang yang dimulaikan. Dan kemungkinan ketika lampu-lampu sudah dimatikan Ibnu Al Mubarak sibuk mengingat hari kiamat.
Al Marwazi berkata, aku mendengar Abu Abdullah Ahmad Bin Hambal berkata, “Ibnu Al Mubarak tidak diangkat derajatnya oleh Allah kecuali karena dia telah banyak melakukan kebaikan yang tidak diketahui banyak orang.”
Abu Ishaq Ibrahim Bin Al Asy’ats berkata, “Ketika Ibnu Al Mubarak sedang sakit keras, dia terlihat bersedih sehingga seseorang berkata kepadanya, Bagimu tidak ada yang perlu dirisaukan, kenapa kamu bersedih seperti ini?” Al Mubarak menjawab, “Aku telah sakit sedang aku belum ridha dengan keadaanku.”
Abu Ishaq berkata, “Seseorang bertanya kepada Ibnu Al Mubarak, ‘Jika ada dua orang yang satu mempunyai rasa takut kepada Allah dan satunya lagi terbunuh dalam membela agama Allah, siapa yang paling anda senangi dari kedua orang ini?” Dia menjawab, “Yang paling aku senangi adalah orang yang mempunyai rasa takut kepada Allah.”
Abu Ruh pernah berkata, “Ibnu Al Mubarak telah berkata, ‘Sesungguhnya mata ditipu oleh empat perkara, Pertama, oleh dosa yang telah lewat, pandangan mata tidak mengetahui apa yang Allah perbuat sebagai balasan dosa tersebut. Kedua, oleh umur yang telah berlalu, pandangan mata tidak mengetahui bagaimana harus mempertanggungjawabkan dosa yang telah diperbuat selama itu. Ketiga, oleh kemuliaan yang telah diberikan, pandangan mata tidak mengetahui apakah kemuliaan itu adalah tipuan atau tingkatan yang sebenarnya yang telah didapat. Keempat, oleh kesesatan yang menghiasi seseorang, sedangkan dia mengangggapnya sebagai petunjuk. Barang siapa menyeleweng sedikit maka dengan cepat matanya akan membohonginya dan agamanya akan rusak sedang dia tidak menyadarinya.’”
Dari Abdullah bin Ashim Al Harawi, berkata, “Ada seorang kakek datang kepada Ibnu Al Mubarak, ketika dia melihatnya sedang bersandar di atas bantal tinggi dan kasar, kakek itu lalu berkata, ‘Aku ingin berkata sesuatu kepadanya namun aku melihatnya ketakutan sehingga aku menaruh belas kasih kepadanya.’ Lalu Abdullah Bin Al Mubarak berkata, ‘Allah telah berfirman, “katakanlah kepada orang laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya” Allah telah melarang untuk melihat kecantikan perempuan karena bagaimana kalau sampai berzina dengannya? Allah juga berfirman” kecelakaan besar bagi orang-orang curang” dalam ukuran dan timbangan, bagaimana dengan orang-orang yang mengambil harta dengan cara bathil? Dan Allah juga telah berfirman” Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain” dan bagaimana dengan orang-orang yang membunuh orang lain?’ Kakek itu lalu berkata, ‘Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada Al Mubarak, aku tidak melihat ada orang sepertinya dan aku juga tidak akan berkata sesuatu kepadanya.’
Kezuhudan Dan Kewaraan
Dari Abu Ali bin Al Fudhail, dia berkata, “Aku pernah mendengar ayahku berkata kepada Ibnu Al Mubarak, “Wahai Al Mubarak anda telah memerintahkan kepada kami agar berlaku zuhud, menyedikitkan hal-hal duniawi dan merasa cukup, namun kami melihat anda membawa barang-barang dari negara Khurasan ke tanah Mekah, bagaimana kamu melakukan itu?” Ibnu Al Mubarak menjawab, “Wahai Abu Ali, sesungguhnya aku melakukan hal itu untuk menjaga diriku, menjaga kehormatanku dan untuk menopang dalam bertaat kepada Allah, aku tidak melihat kebaikan kecuali aku harus melakukannya dengan cepat.” Kemudian Al Fudhail berkata kepadanya, “Wahai Ibnu Al Mubarak, kamu benar, tidak ada yang lebih baik kecuali kamu telah menjalankannya.”
Dari Hasan bin Arafah, dia berkata, Ibnu Al Mubarak berkata kepadaku, Aku menjamin sebuah pena dari penduduk Syam, setelah selesai aku pergi untuk mengembalikan pena tersebut kepada pemiliknya. Namun ketika aku sampai di Marwa tiba-tiba orang yang aku pinjami pena itu telah berada bersamaku. Maka aku pun mengurungkan niatku, kemudian aku kembali ke Syam untuk mengembalikan pena itu kepadanya setelah dia kembali ke Syam.
Dari Ali bin Al Hasan bin Syaqiq dia berkata, “Aku mendengar Abdullah bin Al Mubarak berkata, “Sesungguhnya mengembalikan satu dirham dari sesuatu yang syubhat lebih baik bagiku dari pada aku bersedekah seratus ribu sampai enam ratus ribu dirham”.
Budi Pekerti Dan Kemuliaannya
Ismail Al Khuthabi berkata, “Ibnu Al Mubarak pernah bercerita kepadaku, bahwa pada suatu hari Al Mubarak datang kepada Hammad bin Zaid dan ulama-ulama hadits berkata kepada Hammad, “Mintalah Ibnu Al Mubarak untuk bercerita kepada kami tentang hadits. Lalu Hammad berkata, “Wahai Ibnu Al Mubarak, mereka meminta kepadaku agar kamu bercerita kepada mereka. Ibnu Al Mubarak menjawab “SubhanAllah, ya Abu Ismail, aku berbicara dan kamu ada?” Hammad berkata, “Aku berharap dengan sangat agar kamu mau melakukannya dan wahai sahabat-sahabatku dengarkanlah Ibnu Al Mubarak.” Maka Ibnu Al Mubarak pun berdiri untuk berbicara, namun dia hanya bercerita sebentar dan itu pun mengutip dari perkataan Hammad. Abu Al Abbas bin Masruq berkata, “Ibnu Humaid pernah bercerita kepada kami, ‘Ada seseorang bersin di samping Ibnu Al Mubarak, orang itu bertanya kepadanya, “apa yang harus aku ucapkan ketika bersin?” Dia menjawab, “Alhamdulillah” Dan setelah orang itu membaca hamdalah, maka Ibnu Al Mubarak berkata “yarhamukAllah” kemudian Ibnu Humaid  berkata, “kami semua merasa kagum dengan sopan santun yang diperlihatkan Ibnu Al Mubarak.”
Ibnu Al Mubarak  berkata, “Kami sangat membutuhkan budi pekerti yang luhur karena sudah banyak orang yang mempunyai budi pekerti yang luhur meninggalkan kita.”
Diriwayatkan dari Al Khatib dengan sanad dari Hibban bin Musa, ia berkata, “Ibnu Al Mubarak sangat menyayangkan terhadap orang-orang yang membedakan profesi sehingga muncul diskriminasi terhadap kelompok tertentu di berbagai daerah.”
Dari Umar bin Hafsh Ash Shufi dari Manbaj, ia berkata, “Ibnu Al Mubarak dari Baghdad ingin pergi ke Al Mashishah, dia ditemani sekelompok sufi. Al Mubarak berkata kepada mereka, ‘Hendaknya kalian tidak membebankan nafkah kecuali kepada kalian.’”
Muhammad bin Ali bin Syaqiq dari ayahnya, ia berkata jika musim haji tiba, Ibnu Al Mubarak mengumpulkan saudara-saudara dari keluarganya yang berada di desa Marwa, mereka berkata, “Kami akan menemanimu menunaikan haji wahai Abu Abdurrahman.” Setelah mereka puas dengan pesta itu, Al Mubarak memerintahkan untuk membuka peti itu, setelah peti itu terbuka Ibnu Al Mubarak memberikan setiap orang dari mereka kantong yang berisi uang yang mereka masukkan sendiri-sendiri. Dan diketahui bahwa setiap bungkusan yang masuk ke dalam peti itu telah diberi tanda oleh Al Mubarak terhadap yang memasukkannya.
Semangat Jihad Dan Keberaniannya
Selain ilmunya yang luas, kezuhudan, kemuliaan dan banyaknya beribadah ,beliau juga banyak dihiasi dengan kegemaran berjihad dan mempunyai keberanian tinggi. Diriwayatkan dari Al Khatib dengan sanad dari Ubaid bin Sulaiman (nama lainnya Al Marwazi) ia berkata, Ketika kami sedang berada dalam satuan militer bersama Abdullah bin Al Mubarak di negara Rum, tiba-tiba kami berpapasan dengan musuh. Dan ketika kami saling berhadapan ada seorang yang keluar dari barisan musuh, ia mengajak untuk berduel. Maka muncullah seorang dari kaum muslimin memenuhi tantangan duel. Tetapi ternyata musuh cukup tangguh. Jago muslim tersebut menemui syahidnya. Dan demikianlah, tujuh jago muslim berhasil tertaklukkan. Kemudian muncullah seorang lelaki bercadar melanjutkan tantangan duel. Dalam beberapa kali gebrakan ternyata jagoan kafir tersebut bias dihabisi. Kemudian muncullah jago seterusnya sampai tujuh orang berturut turut dan semuanya bias ditewaskan muslim bercadar tersebut. Ternyata tidak lain orang tersebut adalah Ibnu Mubarak. ”
Dari Muhammad bin Ibrahim bin Abu Sakinah, dia berkata ketika Abdullah bin Al Mubarak berada di Thursus, ia mendiktekan kepadaku beberapa bait sya’ir lalu aku membawa syair-syair itu kepada Al Fudhail bin Iyadh. Hal ini terjadi pada tahun 170 Hijriyah sedang menurut riwayat dari Abu Ghanim kejadian itu terjadi pada tahun 177 H. Di antara syair-syair itu adalah:
wahai abid haramain, jika kamu melihat kami
maka kamu akan mengetahui ibadahmu main-main
orang yang membasahi pipinya dengan air mata
maka kami membasahinya dengan darah kami

Pandangannya yang Visioner

Kredibilitas ilmu yang didapatnya membuatnya selalu mengingat akhirat, dan kiranya itulah salah satu tanda-tanda ilmu yang bermanfaat, di mana pemiliknya akan selalu mendekatkan diri kepada sang Khaliq.

Suwaid bin Said berkata, bahwa aku melihat Abdullah bin al-Mubarak di Kota Mekah, dia mendatangi sumur Zam-zam dan dia pun mengambil segelas air, kemudian ia mengahadap ke Ka’bah dan berkata,
>اللَّهُمَّ إِنَّ ابْنَ أَبِي المَوَّالِ حَدَّثَنَا، عَنْ مُحَمَّدِ بنِ المُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرٍ: عَنِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَنَّهُ قَالَ: (مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ) وَهَذَا أَشرَبُهُ لِعَطَشِ القِيَامَةِ، ثُمَّ شَرِبَهُ
“Ya Allah, sesungguhnya Ibnu Abil Mawal (yakni Ibnul Mu-ammal) meriwayatkan kepada kami, dia berkata bahwa Muhammad bin Munkadir meriwayatkan kepada kami, dari Jabir dari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia bersabda:
Air Zam-Zam itu sesuai dengan niat meminumnya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Albani, al-Irwa’ no: 1123) dan sesungguhnya aku meminumnya untuk kehausan di hari ،Kiamat”, kemudian ia meminumnya.
Subhanallah, renungkanlah dikala orang-orang meneguk air zam-zam dengan niat kesehatan dan kesembuhan, Ibnul Mubarak meminumnya demi untuk menghilangkan kehausannya kelak di hari kiamat, yang ia yakin akan mengahadapinya, di mana semua orang keluar dari kuburnya dalam keadaan haus, berkumpul di padang Mahsyar, semoga Allah Ta’ala mengabulkan permohonannya.

Hartawan yang Dermawan

Ibnul Mubarak telah mewarisi harta yang banyak dari orang tuanya, kemudian mengembangkannya dalam perniagaan sehingga ia menjadi konglomerat yang hebat,  disebutkan bahwa modal perniagaannya adalah 400 ribu Dirham. Harga seekor kambing pada masa itu sekitar 5 dirham, hitunglah berapa kekayaaan yang ia warisi dari ayahnya???
Harta kekayaannya dibelanjakan untuk menuntut ilmu, menyantuni ulama, membatu fakir miskin dan berperang di jalan Allah, ia berniaga bukan untuk memperkaya diri, ia pernah berkata kepada Fudhail bin ‘Iyadh, “Andaikata bukan karena kamu dan teman-temanmu (maksudnya adalah para ulama) niscaya aku tidak akan berniaga”.
Salah seorang ulama yang datang setelah Ibnul Mubarak bertanya kepada Isa bin Yunus yang hidup semasa dengan Abdullah bin al-Mubarak, apakah yang menjadikan Ibnul Mubarak lebih utama daripada kalian, padahal dia tidaklah lebih tua umurnya dari kalian, maka Isa bin Yunus berkata: “Hal itu dikarenakan kalau dia datang bersama budak-budaknya dari Khurasan membawa pakaian-pakaian yang baik-baik, ia menyambung tali persaudaran dengan para ulama dengan barang-barang tersebut, berbagi dengan mereka, sedangkan kami tidak mampu berbuat itu”.
Subahanallah, hal ini menunjukkan betapa mulianya niat ia berniaga dan berdagang, yakni  untuk mengangkat derajat para ulama agar mereka tidak dimanfaatkan oleh para penguasa dan orang-orang berduit. Menanggapi hal ini, Abbas ad-Dauri berkata “Tidaklah aku melihat seorang yang mengajarkan hadis lillahii Ta’ala kecuali 6 orang, di antaranya adalah Abdullah bin al-Mubarak.

Menengok Derma Ia

Al-Imam adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Ibnul Mubarak membantu kaum fakir miskin dalam setahun dengan uang sejumlah 100 ribu Dirham.
Harga 1 ekor kambing pada masa itu hanyalah 5 Dirham, bisa dibayangkan kalau harga kambing itu 1 juta, maka ia telah bersedekah kepada fakir miskin sebanyak 20 milyar rupiah dalam setahun, suatu jumlah yang fantastis, dari seorang ulama, belum lagi bantuan yang ia berikan kepada yang lainnya.
Bisa dibayangkan 20 milyar berderma dalam setahun.

Kisah Kedermawanannya:

Muhammad bin Ali bin Hasan bin Syaqiq berkata, Aku mendengar ayahku berkata: “Konon Ibnul Mubarak apabila musim Haji, beberapa saudaranya (seiman) dari penduduk Merv berkumpul kepadanya, mereka berkata, “Kami ingin berhaji bersamamu”, ia menjawab; “Kalau begitu, kumpulkanlah biaya haji kalian kepadaku”.
Setelah itu, Abdullah mengambil bekal mereka dan meletakkan di dalam sebuah peti dan menguncinya. Kemudian ia menyewakan kendaraan untuk mereka agar bisa pergi menuju Baghdad dari Merv. Ia terus memberikan nafkah dan melayani mereka dengan makanan yang enak-enak dan berbagai macam kue, kemudian mempersiapkan mereka untuk pergi dari Baghdad dengan pakaian yang indah dan rapi menuju kota Madinah an-Nabawiah. Sesampainya di sana ia berkata kepada setiap orang dari rombongannya,
‘keluarga kalian berpesan apa dari Madinah?’
Mereka berkata ini dan itu, maka  ia pun berbelanja memenuhi keinginan mereka, kemudian berangkat ke kota Mekah. Sesampainya di sana, ia berkata kepada mereka semua tentang pesanan keluargarnya yang harus dibeli di Mekah, dan lagi-lagi ia berbelanja untuk mereka, kemudian ia tetap memberikan nafkah kepada mereka sampai kembali ke kampung halaman di Merv.
Tidak cukup disitu, Abdullah bin al-Mubarak merenovasi rumah-rumah mereka. Setelah tiga hari dari kedatangan, ia membuat walimah (syukuran ed.) mengundang rombongannya ini dan memberikan pakaian kepada mereka. Apabila mereka telah usai makan dan minum, Ibnul Mubarak meminta peti tempat menyimpan nafkah mereka, ia membukanya kemudian mengembalikan barang titipan tersebut kepada setiap orang yang memilikinya, di mana setiap kantong uang telah tertulis nama pemiliknya”.
Subnallah betapa mulia dan dermawannya Abdullah bin al-Mubarak, sangat sulit kita mendapati orang seperti ini, walaupun alhamdulillah kebaikan masih banyak, dan kita melihat beberapa konglomerat yang memberangkatkan pegawai-pegawainya untuk berhaji atau berumrah, semoga Allah membimbing mereka kepada jalan keikhlasan.
Indahnya Metode Dakwahnya
Amar ma’ruf nahi munkar adalah tugas seorang muslim, namun tidak semua orang bisa melaksanakan tugas ini dengan baik karena tidak mengetahui metode yang pas dalam kondisi yang berbeda-beda, tengoklah Ibnul Mubarak.
Pernah pada suatu hari ada seorang yang bersin di hadapannya, dan orang itu tidak mengucapkan alhamudulillah, maka Ibnul Mubarak berkata kepadanya, “Apakah yang seharusnya dikatakan oleh seseorang bila bersin?”, Orang itu berkata: “Alhamdulillah”, maka Ibnul Mubarak menyahut: “Yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu)”. Ibnul Mubarak tidak mencela atau menghardiknya melainkan mengingatkannya dengan sunah dan dengan cara melemparkan sebuah pertanyaan.

Penampilan yang Sederhana

Walau memiliki harta yang berlimpah dan ilmu yang meruah ia tetap berpenampilan sederhana, namun manusia dapat mengukurnya dari gerak-gerik dan cara berbicaranya yang penuh sopan santun.
Diceritakan bahwa Abdullah bin al-Mubarak mendatangi Hammad bin Zaid salah seorang gurunya, di awal perjumpaan, Hammad takjub dengan sopan santun Ibnul Mubarak, maka ia bertanya kepadanya, “Dari mana Kamu?
‘Dari penduduk Khurasan, dari kota Merv’, jawab Ibnul Mubarak.
‘Apakah kamu kenal dengan satu orang yang bernama Abdullah bin al-Mubarak?’ tanya Hammad.
‘Iya’, jawabnya. ‘Bagaimana dia, apa yang dia perbuat?’
‘Dialah yang sedang berbicara denganmu’, mendengar itu maka Hammad menyalaminya dan menyambutnya dengan hangat.

Kematian Tidak Pandang Bulu

Setelah hidup kurang lebih 63 tahun, akhirnya Ibnul Mubarak menjumpai ajalnya.
Dan sebelum wafat, dikala ia menanti dan dalam sekarat, Abdullah bin al-Mubarak tetap berusaha untuk beramar ma’ruf. Abdullah al-’Ajli berkata, “Ketika ajal menjeput Ibnul Mubarak, ada seseorang yang mentalkinnya, dia berkata; ‘katakanlah laa ilaha illallah’. Orang itu mengulang perkataan itu berulang kali. Maka Abdullah bin al-Mubarak berkata kepadanya, “Kamu tidak pandai melakukannya, aku khawatir kamu akan menyakiti orang Islam lain setelah aku, apabila kamu mentalkinku, dan aku telah mengatakan laa ilaha illahllah, maka biarkanlah aku, dan apabila aku mengeluarkan kata-kata lain, maka talkini aku lagi, sehingga ia menjadi akhir dari ucapanku”.
Ia wafat pada tahun 181 H. pemimpin umat Islam pada saat itu Khalifah Harun al-Rasyid ketika mendengar berita duka wafatnya Ibnul Mubarak ia berkata “Telah wafat penghulunya para ulama”.
Semoga kita bisa bercermin kepadanya, salah seorang pewaris nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah meninggalkan cermin elok dan tidak pudar.


Kuliah Sirah : Dosen Baru

Assalamualaikum Ikhwah Fillah...kaifa haluk? masih dalam suasana Idul Adha, smoga Allah menerima segala amal ibadah kita semua amiin.

Kali ini kita diskusi soal kuliah sirah nabawi.

Masih ingat ustad Khaldun? ya professor yordania yang dulu sering mengajar di LIPIA ini ternyata sudah jatuh cinta dengan Al-Manar, Subhanallah...mulai pekan ini beliau resmi menjadi dosen tetap kuliah sirah nabawiyah kami. Alhamdulillah. Wawasan kami banyak terbantu oleh pemahaman beliau yang mendalam. Bagi beliau sirah bukan sekedar kisah atau cerita yang bisa kita dengar sekilas, setelah tahu alurnya selesailah sudah. Tidak begitu.

Sirah merupakan jalur paling benar bagi makhluk manusia yang ingin meniti jalan hidupnya di jalan keselamatan dunia akhirat yang diridhai Allah. Sirah adalah sampel aktif tentang potret hidup. Sejarah terus berulang dan sejarah terbaik ya sirah nabawi itu. Barangsiapa yang hapal dan Allah beri pemahaman, sungguh dia telah beruntung.

"Yu'til hikmata man yasaa wa man yu'til hikmata faqod utia khoiron katsiiro, wamaa yadzzakaru illa ulul albaab."

Seperti halnya ustad Khaldun. Menurut kami pemahaman beliau terhadap sirah sangatlah komprehensip. Setiap detil kejadian hampir tak terlewatkan. Dan hikmahnya pun tersampaikan. Kami jadi sangat tertarik, karena yang menyampaikannya pun tertarik dengan sirah, sehingga penyampaiannya menarik dan membuat kami makin penasaran..

Seperti halnya beberapa lalu kita sempat membahas masalah "pengucilan" Ahmad kecil di kampung bani sa'ad. Ada pertanyaan menggelitik, kenapa ibu beliau, Aminah binti Wahhab, kok tega membiarkan anaknya yang masih kecil hidup susah di tempat yang keras dan gersang seperti itu? Apakah dia bukan seorang ibu yang baik? Atau tidakkah dia merasa rindu untuk berdekatan dengan anaknya?

Ikhwah fillah...

Ternyata hikmahnya ini adalah bagian dari skenario Allah, bagaimana Dia mempersiapkan nabi-Nya sedari dini, untuk membina kekuatan rasul ini lahir maupun batin. Pembiasaan hidup perih akan melahirkan generasi kuat dan mandiri. Ini tidak mungkin terjadi bagi mereka yang terbiasa hidup serba ada, serba dilayani, serba enak.

Kita tahu bagaimana rasul mampu bertahan 3 hari tidak makan, bahkan sampai diganjal batu? Tidak lain hasil didikan sejak kecil, melahirkan kekuatan dahsyat. Bagaimana tentang adu gulat? beliau jagonya. Latihan semasa kecil di Bani Sa'ad tidak percuma. Fisik beliau prima, dan stabil.

Jangan bicara soal kemandirian, beliau sejak kecil sudah mandiri, bahkan beliau memberi mahar pernikahannya dengan khadijah 100 ekor unta dari hasil keringatnya sendiri. Semakin dewasa, tumbuh kesabaran mendalam yang tidak kita dapatkan dari manusia lainnya. Masih terkenang peristiwa boikot bani hasyim? atau peristiwa kurang ajar abu jahal terhadap beliau di depan ka'bah? atau peristiwa pembunuhan ketika hijrah? atau ketika minta bantuan ke Thaif?

Begitulah, didikan pertama yang beliau dapatkan pertama kali tentang keperihan adalah kampung Bani Sa'ad. Umur 5 tahun menggembala kambing? Masya Allah....

Pesan Ustad : Didiklah anakmu dengan benar, jangan biarkan ia selalu bergantung kepada orang lain, jadikanlah Allah saja tempat sandaran...


Kamis, 10 Oktober 2013

Kuliah : Hari yang aneh...

Hari rabu kemarin adalah jadwal mata kuliah Fiqih. Dosennya tidak tanggung-tanggung jebolan fakultas syari'ah Universitas Al Azhar Mesir, Ustad Syaiful Aqib, Lc, MA. Mendengar kuliah beliau waktu rasanya terasa cepat selesai. Ilmunya seakan tak ada habisnya.

Yang paling asyik adalah ketika bedah kasus bagaimana cara kita mengambil (istimbath) dan menetapkan suatu hukum untuk suatu peristiwa. Dan cara penyampaian beliau asyik di dengar dan gampang dicerna. Belajar fiqih jadi tidak membosankan. Semula ane pikir fikih itu sekedar pembatal wudhu, masalah air, bejana, de-el-el. Ternyata lebih dari itu.

Bahkan dalam fiqih, satu kasus hari ini akan bisa berbeda dalam penanganan hukumnya bila terjadi di lain waktu dan tempat. Dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata sifat dari fikih itu dihukumi Dzhann, artinya baru praduga. Berbeda dengan tauhid yang Qoth'i, artinya tidak boleh tidak, karena kalau berbeda artinya kufur. Sementara dalam fiqih kita diberi kebebasan seluas-luasnya untuk berijtihad tanpa harus kuatir kufur atau keluar dari islam, asaaaal...ada asalnya juga, tetap acuan dasarnya adalah Al Quran, Sunnah dan Ijma. Gitu!

Namun - fiqih kali ini - ada yang aneh, karena kami tidak melihat bayangan sosok Ustad Aqieb. Yang hadir adalah sosok tinggi besar berwajah timur tengah dengan logat arab kental, sambil mengucapkan salam beliau menyalami kami semua, ya..menghampiri tempat duduk dan tersenyum ramah. Siapa lagi yang hadir kalau bukan guru besar Al Manar, Ustad Chaldun.

Alhamdulillah..ternyata Ustad Aqieb berhalangan dan kuliah kali ini akan digantikan oleh Ust. Chaldun. Duh, jadi serasa kuliah di Al Azhar. Walau bahasa arab kami belepotan, tapi ustad kelihatan senang, setidaknya melihat ikhtiar dan kesungguhan kami belajar. Amiin doakan saja kami ya syekh..

Syekh Chaldun kali ini mengupas tuntas persoalan fundamental kenapa diperlukan ilmu fiqih. Bahwa dasar Allah menurunkan agama adalah agar manusia mengenal aturan tentang segala sesuatu. Dan Allah telah menurunkan protokoler kehidupan yang disebut Al Quran. Nama lain Al Quran adalah As-Syifa, karena dia dapat menjadi penyembuh segala penyakit, zahir maupun batin. Nama lainnya adalah Ar-Ruh, karena Al Quran dapat berfungsi sebagai penggerak menghidupkan jiwa yang mati. Atau juga dinamakan An-Nur, karena menjadi peta, petunjuk, penerang dalam gelapnya perjalanan manusia berjalan menuju Allah SWT.
Begitu detail, dikupas tuntas beserta ayat dan haditsnya, juga contoh nyata kehidupan.

Di saat lain beliau juga bercerita tentang kenyataan nasib Al Islam dalam kehidupan sesungguhnya. Ternyata Islam itu belum sepenuhnya membumi dan menjadi aturan kehidupan. Manusia masih sibuk dengan nafsu, angkara murka, kecongkakan, serta garis kemiskinan yang menyebabkan umat ini kehilangan harga diri. Sehingga menjadi budak di negri sendiri. Padahal apa yang kurang dari alam indonesia? tapi mengapa kita rela menjadi peminta-minta hingga ke negeri orang? Inilah beberapa fenomena yang menjadi pe-er kita sebagai umat Islam. Bagaimana mengembalikan al izzah, kehormatan sebagai umat yang di tarbiyah oleh didikan ilahi, Al Quran Al Kariim.


Rabu, 09 Oktober 2013

Kuliah Sirah (3) : Istilah Kejadian Aneh

Ustad pernah menyampaikan beberapa istilah yang perlu kita ketahui berkaitan dengan kejadian ajaib yang mungkin pernah menimpa kita atau fenomena sekitar kita. Seperti halnya keajaiban yang menimpa keluarga Halimah binti Harits As-Sa'diyah di bani Saad. Lengkapnya silakan disimak kisah berikut :

Para pakar sejarah dan ulama hadits menyebutkan bahwa sudah menjadi kebiasaan bangsa Arab yang hidup menggembala ternak di daerah pedalaman untuk menawarkan jasa menyusukan bayi ke daerah ‘perkotaan’ bangsa Arab. Dari menyusui bayi orang-orang Arab yang hidup di ‘perkotaan’ itulah, orang-orang Arab pedalaman itu mendapatkan tambahan penghasilan.

Suatu kali daerah pedalaman mengalami masa paceklik panjang. Rumput-rumput hangus terbakar panas matahari, sumber-sumber air mengering, dan peternakan di ambang kemusnahan. Suku Bani Sa’ad bin Bakar yang hidup di pedalaman dari peternakan mau tak mau harus mencari jalan keluar dari bencana kekeringan dan kelaparan yang telah nampak di depan mata mereka.

Bersama para suami, kaum istri dari suku Bani Sa’ad bin Bakar berangkat ke kota Makkah untuk menawarkan jasa menyusui bayi-bayi penduduk Makkah. Di antara para ibu di kota Makkah yang menawarkan bayinya untuk disusukan, nampak Aminah binti Wahab yang menawarkan bayinya bernama Muhammad kepada para wanita Bani Sa’ad. Satu per satu wanita Bani Sa’ad mendapat tawaran menyusui Muhammad, namun satu per satu pula mereka menolak tawaran itu.

Halimah binti Harits, wanita terakhir dalam rombongan Bani Sa’ad itu juga menolak tawaran itu. Mereka semua memiliki pemikiran yang sama, “Bayi ini sudah tidak memiliki ayah lagi. Apa yang bisa diperbuat oleh ibunya? Bagaimana ia akan membayar biasa penyusuan bayinya?” Ya, wanita-wanita Arab dusun itu datang untuk menawarkan jasa penyusuan, demi mendapatkan rizki penyambung kehidupan mereka. Jika orang tua yang menawarkan bayinya tidak memiliki kepala keluarga yang memberi jaminan nafkah, lantas siapa yang akan membayar jasa penyusuan bayi itu?

Satu per satu wanita Arab dari dusun itu mendapatkan seorang bayi yang akan disusuinya. Hanya tinggal Halimah binti Harits seorang yang belum juga mendapatkan bayi yang dimaksudkan. Mereka semua hendak kembali pulang ke perkampungan Bani Sa’ad bin Bakar. Melihat keadaan yang demikian itu, Halimah tidak ingin pulang kampung dengan tangan hampa. Kepada suaminya, Harits bin Abdul Uzza, ia pun mengatakan, “Jika aku membawa bayi yang yatim itu tentu lebih baik daripada aku pulang tanpa membawa seorang bayi pun untuk aku susui.” Dengan alasan itu, ia pun menemui Aminah binti Wahab dan membawa pulang bayi yatim bernama Muhammad bin Abdullah itu.

Halimah binti Harits As-Sa’diyah menuturkan kisahnya, “Aku pun tiba di tendaku. Saat itu aku memiliki seorang bayi yang masih kecil, demi Allah, ia tidak bisa tidur karena kelaparan. Begitu aku menaruh Muhammad pada putting payudaraku, ia dan anakku segera menyusu dengan puas sesuai kehendak Allah sampai ia kenyang dan saudara sesusuannya kenyang, lalu keduanya tertidur. Suamiku lalu mendatangi seekor kambing kami yang, demi Allah, semula tidak mengeluarkan susu walau hanya setetes. Begitu tangannya memegang puting susu kambing itu, ternyata putting itu penuh, sehingga suamiku bisa memeras susunya dengan deras. Suamiku pun datang kepadaku dan berkata: ‘Demi Allah, wahai putri Abu Dzuaib, aku yakin bayi yang baru saja kita bawa ini adalah bayi yang diberkahi.”

Suamiku lantas menceritakan peristiwa kambing kami yang kurus dan baru saja diperas susunya dengan deras. Aku pun menceritakan kepadanya puting susuku yang mengenyangkan kedua anak ini. Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan pulang ke kampung kami. Aku mengendarai seekor keledai kami yang kurus. Demi Allah, ia begitu kurus sehingga kalah dari semua keledai lainnya. Ketika aku pun menaruh Muhammad di atas keledaiku, tiba-tiba keledaiku mampu berjalan mendahului unta-unta orang lain. Orang-orang kaget dengan peristiwa itu dan berkomentar, “Demi Allah, keledaimu ini memiliki keajaiban.”

Kami pun tiba di negeri kami, negeri Sa’ad bin Bakar. Demi Allah, kami hanya mendapatkan berkah semata dari Allah. Sampai-sampai penggembala keluarga kami pulang dengan menggiring kambing-kambing kami yang kekenyangan. Padahal kambing-kambing orang-orang dari suku kami pulang dalam keadaan kurus dan lapar. Kambing-kambing mereka juga tidak mengeluarkan air susu walau hanya setetes. Mereka pun berkata, “Bagaimana kalian ini, gembalakan kambing-kambing kalian di tempat penggembala putri Abu Dzuaib menggembalakan kambing-kambingnya!”

Suatu hari anakku dan Muhammad bermain-main bersama kambing-kambing kami di belakang tenda kami. Tiba-tiba anakku datang tergesa-gesa dan berkata, “Anak suku Quraisy itu telah dibunuh!” Aku dan suamiku segera mencarinya ke belakang rumah. Ia menemui kami dengan raut wajah yang pucat. Aku dan suamiku bergantian memeluknya.

Beberapa saat kemudian kami bertanya kepadanya, “Engkau kenapa?” Ia hanya bisa menjawab, “Aku tidak tahu. Tadi ada dua orang datang kepadaku, lalu keduanya membelah perutku dan mencucinya.”

Mendengar ceritanya itu, suamiku berkata, “Aku kira anak ini diserang (jin). Segeralah engkau mengembalikan anak ini kepada keluarganya, sebelum urusannya semakin besar saat berada di sini.” Suamiku terus mendesakku untuk berangkat ke Makkah. Atas desakan itu, aku segera membawanya kepada ibunya.

“Sebagai ibu susuannya, aku telah menyapihnya. Aku khawatir ia terkena musibah, untuk itu terimalah ia kembali.”

Ibunya bertanya, “Kenapa engkau tidak ingin merawatnya lebih lama? Bukankah dahulu engkau meminta kepadaku agar ia engkau bawa saja? Mungkin engkau mengkhawatirkan setan menyerang anakku ini. Janganlah khawatir, anakku ini dilindungi dari setan. Aku akan memberitahukan kepadamu, saat aku melahirkannya, aku melihat dari tubuhku keluar sebuah cahaya yang menerangi istana-istana Bushra di negeri Syam.” (HR. Abu Ya’la, Ath-Thabarani dan Abu Nu’aim Al-Asbahani. Imam Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid wa Mambaul Fawaid, 8/220-221 no. 13840 mengatakan: Imam Abu Ya’la dan Ath-Thabarani meriwayatkan hadits yang semakna, dan para perawi keduanya adalah orang-orang yang tsiqah)

Keajaiban yang terjadi pada seorang calon nabi dinamakan IRHASY. Sedangkan bila telah diangkat nabi dinamakan MUKJIZAT. 

Bila kejadian aneh menimpa pada bukan nabi, tapi dia orang shaleh, ahli dzikir dan ibadah, disebut dengan KAROMAH. Namun bila terjadi pada seseorang yang tidak soleh, bahkan kufur kepada Allah dinamakan ISTIDRAJ.

Perlu diketahui semua kejadian aneh diatas tidak bisa dipelajari, namun semata-mata ujian Allah untuk melihat siapa diantara hamba-Nya yang tetap istiqomah menghamba kepada Allah, dan siapa yang kufur setelahnya.

Bila kejadian anehnya bersifat membohongi atau menyirep pandangan dan perasaan orang dinamakan SIHIR. Dan sihir ini bisa dipelajari. Tapi ingat bahwa sihir hanyalah upaya pembohongan semata. Namun bila dia sungguh-sungguh terjadi, ya tinggal pilih antara 4 istilah di atas.

Irhasy, Mukjizat dan Karomah biasanya tidak dapat diulang untuk kejadian serupa, tetapi mungkin terjadi untuk efek sejenis. Sementara Istidraj adalah peng-ijinan diulang untuk menguji iman manusia. Contoh istidraj adalah efek pengobatan dengan membelah dada, kejadian luar biasa pada seorang biksu di india yang dapat terbang. Dan Istidraj terbesar adalah DAJJAL Al Kaadzzib di akhir jaman kelak.

Semoga Allah lindungi kita dan keturunan semuanya dari fitnah dajjal, amiin..