Hari rabu kemarin adalah jadwal mata kuliah Fiqih. Dosennya tidak tanggung-tanggung jebolan fakultas syari'ah Universitas Al Azhar Mesir, Ustad Syaiful Aqib, Lc, MA. Mendengar kuliah beliau waktu rasanya terasa cepat selesai. Ilmunya seakan tak ada habisnya.
Yang paling asyik adalah ketika bedah kasus bagaimana cara kita mengambil (istimbath) dan menetapkan suatu hukum untuk suatu peristiwa. Dan cara penyampaian beliau asyik di dengar dan gampang dicerna. Belajar fiqih jadi tidak membosankan. Semula ane pikir fikih itu sekedar pembatal wudhu, masalah air, bejana, de-el-el. Ternyata lebih dari itu.
Bahkan dalam fiqih, satu kasus hari ini akan bisa berbeda dalam penanganan hukumnya bila terjadi di lain waktu dan tempat. Dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata sifat dari fikih itu dihukumi Dzhann, artinya baru praduga. Berbeda dengan tauhid yang Qoth'i, artinya tidak boleh tidak, karena kalau berbeda artinya kufur. Sementara dalam fiqih kita diberi kebebasan seluas-luasnya untuk berijtihad tanpa harus kuatir kufur atau keluar dari islam, asaaaal...ada asalnya juga, tetap acuan dasarnya adalah Al Quran, Sunnah dan Ijma. Gitu!
Namun - fiqih kali ini - ada yang aneh, karena kami tidak melihat bayangan sosok Ustad Aqieb. Yang hadir adalah sosok tinggi besar berwajah timur tengah dengan logat arab kental, sambil mengucapkan salam beliau menyalami kami semua, ya..menghampiri tempat duduk dan tersenyum ramah. Siapa lagi yang hadir kalau bukan guru besar Al Manar, Ustad Chaldun.
Alhamdulillah..ternyata Ustad Aqieb berhalangan dan kuliah kali ini akan digantikan oleh Ust. Chaldun. Duh, jadi serasa kuliah di Al Azhar. Walau bahasa arab kami belepotan, tapi ustad kelihatan senang, setidaknya melihat ikhtiar dan kesungguhan kami belajar. Amiin doakan saja kami ya syekh..
Syekh Chaldun kali ini mengupas tuntas persoalan fundamental kenapa diperlukan ilmu fiqih. Bahwa dasar Allah menurunkan agama adalah agar manusia mengenal aturan tentang segala sesuatu. Dan Allah telah menurunkan protokoler kehidupan yang disebut Al Quran. Nama lain Al Quran adalah As-Syifa, karena dia dapat menjadi penyembuh segala penyakit, zahir maupun batin. Nama lainnya adalah Ar-Ruh, karena Al Quran dapat berfungsi sebagai penggerak menghidupkan jiwa yang mati. Atau juga dinamakan An-Nur, karena menjadi peta, petunjuk, penerang dalam gelapnya perjalanan manusia berjalan menuju Allah SWT.
Begitu detail, dikupas tuntas beserta ayat dan haditsnya, juga contoh nyata kehidupan.
Di saat lain beliau juga bercerita tentang kenyataan nasib Al Islam dalam kehidupan sesungguhnya. Ternyata Islam itu belum sepenuhnya membumi dan menjadi aturan kehidupan. Manusia masih sibuk dengan nafsu, angkara murka, kecongkakan, serta garis kemiskinan yang menyebabkan umat ini kehilangan harga diri. Sehingga menjadi budak di negri sendiri. Padahal apa yang kurang dari alam indonesia? tapi mengapa kita rela menjadi peminta-minta hingga ke negeri orang? Inilah beberapa fenomena yang menjadi pe-er kita sebagai umat Islam. Bagaimana mengembalikan al izzah, kehormatan sebagai umat yang di tarbiyah oleh didikan ilahi, Al Quran Al Kariim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar