Masih tentang kajian sirah bersama Ustad Abdul Muyasir, Lc, M.Pdi, alhamdulillah beliau masih sabar mengajar kita yang masih terlongong-longong, kadang-kadang terlambat pula..:)
Belajar sirah berbeda dengan membaca buku cerita, novel atau dongeng pengantar anak ketika tidur. Oya sebelumnya ane sampaikan bahwa pengertian sirah berbeda dengan tarikh. Ilmu ini ane dapat daru Ustad Khaldun, salahsatu guru besar di Al Manar.
Menurut beliau, sirah lebih sering dikaitkan dengan kenabian, makanya dinamakan Sirah Nabawi, adalah kisah kehidupan rasulullah mulai dari lahir sampai beliau wafat. Sementara untuk riwayat selain rasul dinamakan dengan istilah Tarikh. Contoh : Tarikh Khulafa, Tarikh Umayah, Tarikh Abbasiah, dan lain-lain.
Kembali kepada sirah nabawi yang akan kita kaji. Tentu saya tidak akan bercerita tentang sejarah nabi, silakan baca bukunya. Literatur yang sahih banyak, diantaranya Sirah Ibnu Hisyam. Atau Sirah Nabawi karya Ramadhan Al Buthi (Syuhada Suriah), atau Ar-Rasul karya Said Hawwa, atau yang lainnya. Perhatikan biodata pengarang sirah, karena terkadang pola pikir pengarang akan turut mempengaruhi pola pandang dia terhadap suatu peristiwa. Misalnya, para ulama banyak memberi "warning" untuk salah satu kitab sirah masyhur dengan pengarang bernama Muhamad Husein Haikal. Pembaca harus bersikap kritis membaca buku-buku karangannya, karena pengarangnya menganut paham liberal. Kasus peristiwa Isra Mi'raj cukup menjadi contoh jelas bagi kita. Oleh sebab itu sekali lagi disampaikan, sebelum kita membaca sebuah buku terlebih dulu kita kenali siapa pengarangnya, sehingga kita lebih jelas bagaimana harus bersikap.
Kembali kepada kajian sirah bersama ustadz muyasir, lc. Al Manar.
Ada yang menarik, bahwa beliau (ustad Muyasir) menguasai sirah, dan juga sekaligus menyenangi. Hal ini tampak dari cara beliau menyampaikan kelihatan bersemangat dan sangat detil. bagaimana ketika beliau cerita tentang Bani Sa'ad. Bani Sa'ad merupakan salah satu kabilah di Arab yang lingkungan hidupnya sangat keras, gurun yang tandus dan bebatuan yang kering. Bani Sa'ad bukan siapa-siapa andaikan Muhamad kecil tidak pernah singgah dan di asuh di tempat ini. Ya. Masa kecil beliau dihabiskan di tempat dan lingkungan gersang bani Sa'ad. Dan pengasuhnya, sekaligus ibu susuanya bernama Halimah As-Sa'diah, Halimah si wanita dari Bani Sa'ad.
Setiap saat orang-orang Bani Saad pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, diantaranya pekerjaan menyusui bayi. Tapi mereka berusaha menghindari anak yatim. Mungkin karena kuatir masalah upah, atau yang lainnya. Namun setelah mencari-cari tidak ketemu juga, sampailah Halimah ke tempat Aminah binti Wahab, ibunda Ahmad kecil. Dan takdir Allah juga yang memastikan bahwa Ahmad kecil harus disusui dan diasuh oleh orang Bani Sa'ad.
Ada yang aneh bin ajaib. tatkala Muhamad kecil dibawa ke kampung bani Sa'ad, lingkungan tandus dan gersang itu tiba-tiba berubah hijau. Air pun mengalir, segar. Pepohonan kembali tumbuh daun. Unta dan domba gemuk dan air susunya berlimpah. Tentu saja kaum Bani Sa'ad gembira bercampur heran. Tapi apakah mereka sadar darimana datangnya limpahan berkah ini? Tidak. Mereka kaum yang sederhana, asal bisa makan, bahagia sudah. Karena kesederhanaan ini pula mereka lupa diri, dan menjadi pembangkang pertama ketika Muhamad dewasa sudah di utus sebagai rasul dan mengajak orang memeluk Islam.
Ikhwah fillah...
Kembali ke Ahmad kecil yang mulai beranjak kanak-kanak. Anak-anak Bani Sa'ad lebih cepat dewasa karena sejak kecil mereka sudah biasa dibebani pekerjaan. Seperti halnya Ahmad. Anak belia ini sudah mulai belajar menggembala domba. Para mufasir banyak menafsirkan bahwa inilah cara Allah melatih beliau sejak dini bagaimana cara "mengelola" sesuatu, umatnya kelak. Proses pembelajaran manajemen ini ternyata sudah dilatih sejak dini, dan intuisinya mengajak dan menahan sudah terlatih semenjak usia belia.
Semua berjalan baik-baik saja, riang gembira sambil sesekali mendendangkan lagu gembala. Sampai suatu ketika terjadi peritiwa yang mengejutkan, sekaligus menakutkan....
Kisah ini diceritakan oleh rasulullah sendiri, dan teman-teman gembalanya.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam didatangi oleh malaikat Jibril saat beliau sedang bermain dengan anak-anak sebayanya. Malaikat Jibril mengambil beliau, membaringkannya, membelah dadanya, mengeluarkan jantung (hati)nya dan mengeluarkan segumpal darah yang menggantung dari dalam jantung (hati)nya. Malaikat Jibril berkata, “Ini adalah bagian setan darimu.”
Malaikat Jibril kemudian mencuci jantung (hati) beliau dalam sebuah wadah yang terbuat dari emas dengan air zamzam, kemudian menyatukan jantung (hati)nya dan mengembalikannya ke tempatnya semula.
Anak-anak sebaya yang bermain bersama beliau bergegas mendatangi ibu susuan beliau dan berkata, “Muhammad telah dibunuh!” Maka mereka beramai-ramai mendatangi beliau dan saat itu wajah beliau berubah pucat karena takut. Anas bin Malik, “Saya telah melihat bekas jahitan itu pada dada beliau.” (HR. Muslim no. 162, Ahmad no. 12221, 12506 dan 14069, Abu Ya’la no. 3374 dan 3507, Ibnu Hibban no. 6334, Abd bin Humaid no. 1308, dan Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 3708)
Dan ada lagi beberapa hadits serupa, sebagian mencapai derajat sahih, sebagian lagi ada yang dhaif. Tapi intinya menyatakan bahwa peristiwa pembelahan dada ini betul-betul terjadi. Dan mayoritas ulama salaf sudah ijma menyepakati tentang kebenaran peristiwa tersebut.
Namun anehnya, akhir-akhir ini banyak orang yang mulai menghujat dan mencela bahwa peristiwa pembelahan dada ini hanyalah isapan jempol belaka. Dongeng orang mengantuk. Kurang ilmiah dan menjadi bahan cemoohan serta tertawaan kaum zindiq dan sekuler. Itulah mereka, siapa lagi. Kita harus bersikap hati-hati dan mawas diri. Apalagi di jaman globalisasi dimana informasi daoat dengan mudah didapat dimana saja.
Dibawah ini saya lampirkan salahsatu situs yang mencerca dan menganggap kejadian ini sebagai kebohongan dan isapan jempol. Entah dia tidak tahu, atau memang sengaja ingin mengacaukan umat islam. Hanya untuk pembelajaran, sialakan disimak.
.....................................................................................................................................................
dinukil dari www.erfan.ir/54972.html
Kebanyakan penulis menganggap hal itu sebagai mukjizat nabi dan menunjukkan bahwa sejak awal Tuhan telah menjadikan beliau sebagai hamba yang spesial dengan cara demikian. Dengan itu Tuhan telah membersihkan nabi dari dosa dan kesalahan. Sebagaimana sebagian ahli tafsir menganggap bear riwayat tersebut dan menafsirkan ayat-ayat pertama surah Al-Insyirah dengan penafsiran ini. Namun di sisi lain akibat adanya riwayat ini banyak sekali kritikan-kritikan yang tertuju pada keagungan Rasulullah saw. Orang-orang yang memusuhi Islam menjadikan riwayat sedemikian rupa sebagai senjata untuk menjatuhkan Islam. Bagaimana tidak, semua orang yang berakal pasti terheran-heran membaca riwayat tersebut. Allamah Majlisi dalam Biharul Anwar meskipun membenarkan sanad riwayatnya, namun ia terheran-heran dan tidak bisa meyakini kebenaran kandungan riwayat itu.
Sayang sekali riwayat-riwayat ini banyak sekali ditemukan dalam buku-buku sejarah dan tafsir umat Islam yang akhirnya sering dikritik oleh berbagai pihak. Seandainya tidak ada riwayat-riwayat ini, pasti citra Rasulullah saw dan Al-Qur’an akan terjaga. Tidak akan ada buku-buku seperti Ayat-Ayat Setan yang ditulis Salman Rushdi. Andai referensi-referensi terpercaya Islam bersih dari segala hadits-hadits dan riwayat seperti ini.
..........................................................................................................
tolong gunakan nalar dan iman, betapa sekularisme telah membuat mabuk dan buta orang-orang islam. Kuatkan diri, minta tolong kepada Allah untuk melihat Al Haq itu Haq dan Al Bathil itu bathil...lanjut..
...............................................................................................................
Sebenarnya bagaimana bisa segumpal darah berhubungan langsung dengan kebaikan dan keburukan? Kebaikan dan keburukan, hidayah dan kesucian, semunya berkaitan dengan spiritualitas, bukan badan materi. Seseorang tidak bisa menjadi baik hanya karena dadanya dibelah dan jantungnya dicuci dengan air. Jika hal itu masuk akal, maka seharusnya siapapun bisa dibelah dadanya dan dicuci jantungnya agar menjadi orang baik? Padahal tidak, dan hal itu sama sekali tak masuk akal.
Disebutkan dalam riwayat-riwayat tersebut bahwa peristiwa tersebut terulang sebanyak empat atau lima kali di saat-saat yang berbeda. Aneh sekali, mengapa terkesan seperti oprasi kanker yang tak kunjung sembuh? Sehingga dada beliau harus dibelah berkali-kali. Jika memang dibelahnya dada nabi bertujuan agar setan tidak bisa lagi mengganggu nabi Muhammad saw, maka seharusnya sekali saja cukup dan kali pertama itu ampuh. Lalu mengapa harus diulang? Berarti hal itu tidak manjur dan setan tetap saja bisa menganggu beliau sehingga harus dilakukan berkali-kali?
lagi pula apakah Tuhan tidak mampu mencapai tujuan-Nya tanpa melakukan pembelahan dada? Pasti Tuhan mampu. Lalu untuk apa Ia harus membelah dada nabi, itu pun di depan mata anak-anak kecil?
Jika riwayat itu benar, maka setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh nabi bukanlah atas kehendaknya sendiri. Karena nabi tidak bisa melakukan apapun selain kebaikan. Padahal nabi atas kehendaknya sendiri bergegas mensucikan jiwa dan selalu mendekatkan diri kepada Allah swt hingga beliau diangkat menjadi nabi. Jika riwayat itu benar, dan jika nabi tidak berikhtiar dalam kebaikan-kebaikannya, maka apa keistimewaan nabi?
Sepertinya riwayat tentang kisah palsu pembelahan dada nabi terilhami dongeng kuno jaman jahiliah yang sama sekali tidak ada kenyataannya. Dalam kitab Al-Aghani Al-Isfahani,[7] dongeng-dongeng serupa juga dijelaskan berkenaan dengan Umayyah bin Abi Shilat yang ringkasnya demikian: Umayyah saat itu sedang tidur lalu datang dua ekor burung. Satu ekor hinggap di atas kepalanya, dan satunya lagi masuk ke rumah lalu kembali kemudian membelah dadanya, dan mengeluarkan jantungnya, kemudian mengembalikannya lagi. Burung kedua bertanya kepada burung pertama: “Apakah ia faham?” Dijawabnya, “Ya.” Lalu bertanya lagi, “Apakah sudah bersih?” Dijawab, “Ia menolak.”
Menurut riwayat yang lain, Umayyah pergi ke rumah saudarinya lalu tidur di pojok rumah. Perawi berkata: “Atap rumah itu terbelah lalu datang dua ekor burung. Salah satunya hinggap di dadanya dan satunya tetap berada di atas. Burung yang hinggap di dadanya membelah dada Umayyah lalu mengeluarkan jantungnya. Burung kedua bertanya, “Apakah ia tahu?” Ia menjawab, “Ya, ia tahu.” Lalu ditanya, “Apakah ia menerima?” Dijawabnya, “Ia menolak.”" Berdasarkan riwayat tersebut, peristiwa itu berulang sampai empat kali.
Mungkin tujuan diceritakannya kisah bohong itu untuk mengagungkan derajat penyair Arab tersebut. Supaya mereka dapat berkata: “Syair-syair tinggi Umayyah dikarenakan banyaknya peristiwa-peristiwa menakjubkan yang terjadi padanya.” Akhirnya hal yang sama mereka lakukan untuk nabi Muhammad saw. Yang kemudian mulut ke mulut cerita tersebut sampai ke semua orang, kemudian di masa penulisan hadits kisah fiksi tersebut dianggap sebagai mukjizat nabi.
....................................................................................
Cukup. Inilah yang terjadi kalau berpendapat hanya berdasarkan katanya, dan mengikuti pola pikir sekuler atau non muslim. Cukuplah bagi kita riwayat-riwayat sahih para ulama salaf terkemuka, yang lebih dekat zamannya dengan rasul, lebih soleh, dan lebih cerdas penguasaan ilmu Al Quran, Hadits dan Bahasa Arabnya. Seperti disampaikan di awal, berhati-hati membaca buku sebelum kenal siapa pengarangnya, sebelum pikiran kita terlanjur tercemar, hehe...serius amat bacanya..
Kajian kita baru sampe pembelahan dada ya, yang akhirnya Ahmad kecil dikembalikan ke Ibunda Aminah, di Mekkah, kampung halaman tercinta....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar